- Can It Be Love? [two shot FF/end] -

Author : Chikyu 'Aoi' Younghyun

Genre: Romance
Page: 2
Main Cast: Cho Kyuhyun and Kim Younghyun
Another Cast: Lee Donghae, Lee Hyorin, Lee Hyukjae, Choi Siwon
--------------------------
----------------
Bunyi ponselnya kembali membuyarkan lamunan Younghyun saat ia sedang duduk di kursi lobi apartemen, menunggu jemputan Hyorin.
"Aku diluar." ujar seseorang di ujung sambungan telepon itu. Younghyun bergegas sambil memakaikan kembali kacamata hitamnya. Di halaman luas berpagar tumbuhan yang entah apa namanya itu telah terparkir mobil van hitam yang biasa membawanya ke lokasi syuting. Younghyun segera masuk dan mendapati orang selain Hyorin dan supir di dalam kendaraan itu.
"Oppa!" seru Younghyun pada pria dengan tulang rahang yang khas duduk di samping Hyorin. Pria itu tersenyum.
"Han ahjussi, langsung ke Gimpo." ujar Hyorin pada supir mereka, lalu ia beralih pada Younghyun. "Ia merengek ingin ikut, Hyun-ah."
"Geojitmal! Kau yang memaksaku ikut." sahut pria bernama Hyukjae itu.
"Gezz-! Sama saja kalian berdua. Eonni-ah, disana untuk bekerja, bukan berpacaran." canda Younghyun.
"Siapa yang mau berpacaran dengan namja itu?"
"Aku mau turun disini." rajuk Hyukjae setelah mendengar ucapan Hyorin, kekasihnya.
"Turunlah. Tapi mobil tidak akan berhenti, melompatlah saat mobil ini melaju."
"Ya-! Chagi-ah, kau kejam sekali."
Younghyun tersenyum geli melihat pasangan itu.
"Oh y, apa suami-mu tidak ikut mengantar?"
"Ehm, ia sudah berangkat ke rumah sakit dari tadi, eonni-ah."
"Oh y, aku baru ingat kalau pengambilan adegan untuk bagian ending film ini cuma 4 hari. Produser memberi bonus liburan 3 hari untuk kru dan artis. Sayang sekali suami-mu tidak ikut, seharusnya bisa mengambil kesempatan ini untuk bulan madu. Seingatku kau tidak mengambil break untuk bulan madu setelah menikah."
"Ah~ itu... Bulan madu y? Kami sudah merencanakannya di tempat lain. Tapi belum dalam waktu dekat ini. Kyuhyun bilang tidak usah buru-buru soal anak." tidak sulit bagi Younghyun untuk berakting mengatakan kebohongan ini, itu keahliannya. Hyorin mengangguk saja tanda mengerti.
------------------------------------------
Tubuh Younghyun sekarang direngkuh erat oleh pria bertubuh kekar di depannya.
"Khajimayo..." bisik pria itu lemah di telinga Younghyun. Diam. "Chebal... saranghandago! Neo eobsin nan andwae!" tegas pria itu, kini air matanya menetes. Perlahan pria itu melepaskan pelukannya, Younghyun mendongak menatap wajahnya yang basah karena air mata. Dan sekarang wajah mereka saling mendekat. 'cuphh!'


"Okey, sedikit lagi. Perfect! Cut!" teriak produser yang memimpin berjalannya syuting film itu.


"Gomawo Siwon-ssi. Kau sudah bekerja keras."
"Ne. kau juga, Younghyun-ssi. Waktunya istirahat, kkaja."
"Ne." sahut Younghyun sambil tersenyum pada pria dengan lesung pipit yang manis di depannya. Jujur saja Younghyun tertarik pria itu. "Eung~ Siwon-ssi, besok aku, Hyorin eonni dan teman-teman yang lain akan mengadakan pesta kecil-kecilan. Kau mau bergabung?"
Siwon terlihat berpikir sejenak, mencoba mengingat jadwalnya besok.
"Besok?"
"Ye~ malam. Kira-kira 8 p.m"
"Okay!"
"Assa-! Nanti akan kuberitahu dimana tempatnya."
"Ne~ Aku ke sana dulu y?" pamit Siwon meninggalkan Younghyun.
-------------------00------------------
Tidur Younghyun tidak lelap malam ini. Berkali-kali ia meliuk-liukkan badannya di atas ranjang hotelnya demi mendapatkan posisi tidur yang nyaman. Sia-sia, bahkan ia tidak merasa ngantuk sedikitpun. Younghyun melirik jam dinding kamarnya. Itu menunjukkan pukul 11 p.m.
"Rrgh! Aku butuh istirahat!" erang Younghyun sambil menutup rapat kepalanya dengan bantal. Tetap saja, sesuatu yang mengganjal pikirannya masih terpikir dan itu mengganggu sekali. Ini soal Kyuhyun. Sejak Younghyun sampai di Jeju, dan ini hari ke-empat, tidak satu kalipun Kyuhyun menghubunginya. Entah sejak kapan wanita itu mulai peduli dengan perhatian kecil Kyuhyun yang biasanya ia tanggapi dengan acuh-tak-acuh.
Pria itu pasti sedang menikmati kebebasannya, pikir Younghyun. Benar juga, Younghyun membenarkan pikirannya sendiri. Mungkin Kyuhyun sedang menikmati waktu bersama teman wanitanya sementara ia berada di Jeju. Younghyun meyakinkan dirinya kalau itu bukan masalah baginya. Ia bisa maklum, karena sejak Kyuhyun menikah dengannya, pria itu tidak pernah tampak menghubungi wanita lain. Tapi seharusnya Kyuhyun menghubunginya, setidaknya menanyakan kabar atau mengirimi pesan konyol yang biasa ia lakukan. Sementara Younghyun tengah sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri, ponsel berbunyi. Nama Kyuhyun tertera di layar ponsel miliknya. Meski emosinya bergejolak sekarang, tapi Younghyun berusaha tenang menyambut panggilan itu.
"Yeoboseyo..." sapa Kyuhyun dengan suara tenang. Damai sekali rasanya setiap mendengar suara lembut pria itu.
"Ye-!"
"Annyeong, nae yeobo."
"Hm."
"Wae? Sepertinya kau tidak suka aku menghubungimu."
"Begitulah."
"Haha- Wae?"
Kesal sekali Younghyun mendengar tawa Kyuhyun barusan.
"Aku marah padamu!"
"Wae?"
"Kau melupakanku."
"Bagaimana mungkin aku..."
"Aku pergi ke luar kota dan kau sekalipun tidak menghubungiku. Kau tidak peduli padaku. Apa kau masih bisa disebut suami yang baik? " ceracau Younghyun.
"Aku hanya tidak mau mengganggu kesenanganmu disana. Kau bertemu banyak pria, eh?"
Younghyun terdengar mendengus kesal.
"Kesenanganku? Aku malah berpikir kau yang sedang bersenang-senang disana."
"..."
"Setidaknya tanyakan kabarku."
"Kau haus perhatian sekali sepertinya."
"Terserah apa katamu."
"Mianhada."
"Sirhuh!"
"Aku meninggalkan tugasku di rumah sakit dari malam ini sampai lusa demimu. Apa itu tidak membuatmu terharu?"
"Tidak sedikitpun."
"Aku di Jeju."
"Geojitmal!"
"Aku di depan. Bukakan pintu."
"Sama sekali tidak lucu."
"Dengar suara ketukan pintu?"
Younghyun melepas ponsel dari telinganya sebentar, meski enggan tapi ia tetap mencoba menangkap bunyi yang dimaksud Kyuhyun. Benar saja, samar-samar ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk. Younghyun menghambur turun dari ranjangnya dan beranjak membukakan pintu dengan tergesa-gesa. Di depannya sekarang berdiri Kyuhyun dengan jas coklat dan t-shirt putihnya. Pria itu tersenyum.
"Yeoboseyo, yeobo-ah." Kyuhyun masih berbicara dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
"Miwo!" rajuk Younghyun sambil menekuk wajah melihat Kyuhyun.
"Bogoshipdago, yeobo-ah. Neo?" goda Kyuhyun. Beberapa detik Younghyun masih bertahan dengan rasa sebalnya, ia enggan mengakui kalau ia merindukan Kyuhyun. Tapi itu tidak bertahan lama. Dan sekarang ia luluh.
"Cheongmal bogoshippo!" ujar Younghyun langsung memeluk Kyuhyun. "Bogoshippo, yeobo-ah. Bogoshippo, chingu-ah."
-------------------00------------------
"Masih belum memaafkanku?" tanya Kyuhyun seraya membuka jasnya, kemudian dengan rapi menggantungkannya di dalam lemari bersama pakaian Younghyun. Tidak ada jawaban dari istrinya. Wanita itu masih duduk bersila di sisi ranjang. "Pria yang barusan kau telpon, kau menyukainya kan?" Kyuhyun mengalihkan pembicaraan.
"Ye~ sangat menyukainya. Karena dia baik dan perhatian," ujar Younghyun dengan nada menyindir.
"Baguslah. Aku bisa tenang kalau yang menggantikanku ternyata lebih baik dariku. Besok pagi aku langsung pulang ke Seoul saja, mengurus surat cerai. Otte?"
"Kya~ Kyuhyun-ssi, kapan kau bisa bicara serius?"
"Aku serius. Kapan aku pernah bercanda? Aku lelah, mau tidur." Kyuhyun menghempaskan tubuhnya di ranjang di sebelah Younghyun.
"Kya~ kau mau tidur disini?"
"Wae? Dimana lagi? Apa kata orang kalau suami-istri tidur di kamar terpisah."
"Maksudku kau mau tidur di ranjang ini?"
"Gezz~! Apa yang salah kalau kita seranjang? Aku tidak akan melakukan apa-apa." dengan malas Kyuhyun bangkit dari posisinya. Ia menarik selimut dan sebuah bantal lalu berjalan menuju sofa. "Matikan lampu tidurnya. Aku tidak suka ada cahaya saat tidur."
"Tapi aku tidak terbiasa tidur dalam gelap."
"Terserah kau saja." pasrah Kyuhyun. Ia mulai dongkol karena Younghyun yang tidak pernah mengalah.
------------------------------------------
Hujan yang biasa turun di pertengahan musim panas, sejak pukul 9 a.m tadi mengguyur kota Seoul. Itu mengiringi perjalanan Kyu-Young pulang ke apartemen mereka. Ada yang berubah dari Kyuhyun, ia tidak banyak bicara seperti biasanya sejak tadi malam. Entah apa yang salah, Younghyun berusaha untuk tidak peduli dengan perubahan sikap Kyuhyun itu.


Mereka sampai kira-kira setelah satu jam perjalanan. Dan itu membuat Younghyun lelah, ia pun meregangkan tulang punggungnya dengan menggeliat di sofa empuk di ruang tamu. Kyuhyun kembali tidak terdengar suaranya, pria itu langsung masuk ke kamarnya. 'TAKK!' pintu kamar dibanting keras oleh Kyuhyun. Younghyun bangkit sebentar melirik ke arah pintu kamar suaminya.
"Apa yang salah dengan orang itu? Aneh sekali," gumam Younghyun tidak peduli, lalu melanjutkan acara santainya. Tidak lama Kyuhyun kembali keluar dari kamar. Masih dengan aksi diam.
"Kyuhyun-ssi, boleh aku minta kau buatkan teh ginseng yang biasa kau buatkan itu?" pinta Younghyun, ia masih berbaring menggoyang kaki di atas sofa.
"Aku bukan pembantumu. Kalau kau mau buat saja sendiri. Manja," dengus Kyuhyun di ujung kalimatnya.
Younghyun bangun lalu berjalan menuju pantry. "Aku bisa buat sendiri. Dan... aku tidak manja."
"Baguslah." kali ini Kyuhyun yang duduk di sofa. Ia meraih remote dan menyalakan televisi. Menyetel volume tinggi.
"Ya-! Kyuhyun-ssi, kecilkan suaranya. Aku benci suara sorak penonton dan komentator pertandingan bola itu."
Bukannya mengecilkan, justru Kyuhyun menambah volume suara lagi. Younghyun terpancing emosi karenanya.
"Kya-!" Younghyun membanting gelas kaca yang disiapkannya untuk menyeduh teh. Seketika gelas itu berderai menjadi pecahan-pecahan kecil tidak beraturan. Kyuhyun mematikan televisi-nya. Hening. "Kau menyebalkan, Kyuhyun-ssi!" pekik Younghyun.
"Kau jauh lebih menyebalkan!"
Pertengkaranpun dimulai.
"Aku tidak mengerti kau kenapa? Sejak tadi malam kau tidak bicara denganku. Bahkan kau merespon setiap ucapanku dengan tanggapan sinis. Aku mencoba untuk tidak peduli walau sebenarnya aku tidak nyaman dengan sikapmu. Dan sekarang tiba-tiba saja kau kasar padaku. Aku benci kau seperti ini!"
"Dan aku benci kau tidak menghargaiku sebagai suami-mu!"
"Apa lagi yang menurutmu salah kali ini?"
"Mabuk, mendekati pria lain, bahkan berdansa seperti gadis liar bersama pria bernama Siwon itu."
"Mwo? Liar? Hati-hati dengan ucapanmu, Kyuhyun-ssi!" Younghyun dengan suara penuh penekanan.
"Jalang." Emosi membuat Kyuhyun kehilangan kemampuan untuk memilih kata yang lebih halus. Beberapa detik setelah mengucapkan kata itu, Kyuhyun digerogoti penyesalan. Tapi terlambat untuk menarik kembali kata yang berhasil membuat Younghyun merasa dihina itu. "Bagaimana pandangan orang yang melihatmu semalam? Apa kau ingin membuatku terlihat seperti pecundang, membiarkan istriku bersenang-senang dengan pria lain di depan mataku," kilah Kyuhyun, berusaha mengganti topik perseteruan.
"Persetan dengan harga dirimu dan berhenti menggunakan pandangan orang lain sebagai alasan untuk terus menyalahkanku. Aku tidak tahan denganmu, Cho Kyuhyun-ssi!" tegas Younghyun penuh amarah. Terlihat sekali tatapan bencinya pada Kyuhyun.
"Akh!" Younghyun meringis saat ia beranjak dari tempatnya dan pecahan gelas menembus tapak alas kakinya yang tipis. Itu juga berhasil membuat luka robek kecil di telapak kakinya, tapi Younghyun mencoba untuk tidak peduli dengan serpihan yang masih menancap di kakinya itu. Satu-satunya keinginan Younghyun sekarang adalah pergi dari hadapan pria bernama Cho Kyuhyun.


Kyuhyun melihat dengan jelas insiden kecil itu. Ingin sekali ia segera berlari ke arah Younghyun lalu mengobati luka di kaki wanita itu. Tapi pasti Younghyun akan menolak keras bantuannya setelah adu mulut mereka barusan. Jadi Kyuhyun hanya memilih diam ditempatnya. Memperhatikan gerak Younghyun yang sedikit tertatih menuju kamarnya. Bercak darah terlihat menempel di lantai bekas pijakan Younghyun. Itu pasti perih sekali, batin Kyu.


Beberapa saat kemudian Younghyun tampak kembali keluar dari kamar sambil membawa tas sandang kecil. Ia juga langsung menyeret koper yang masih terletak di ruang tamu, ia masih belum merapikannya setelah pulang dari Jeju beberapa menit yang lalu.


"Eodi khayo?" Kyuhyun memberanikan diri bertanya. Perlahan ia berjalan mendekati Younghyun.
"..."
"Diluar hujan."
"Menunggu sampai hujan reda? Aku tidak punya kemampuan lagi untuk bersamamu selama itu."
"Aku mengantar mobilmu untuk di service sebelum berangkat ke Jeju."
"Aku bisa naik taksi." sahut Younghyun ketus. Ia pun membuka pintu dan beranjak keluar apartemen sesegera mungkin. Sementara Kyuhyun hanya mematung di tempatnya.


Sial. Younghyun lupa membawa sesuatu yang paling penting saat hujan, payung. Tapi ia lebih memilih badannya terguyur hujan sementara menunggu taksi, daripada masuk kembali ke dalam apartemen untuk mengambil payung. Ia pasti bertemu Kyuhyun lagi, dan ia tidak mau itu terjadi. Younghyun berjalan menyusuri jalan besar di depan bangunan megah itu. Berjalan pelan sekali dengan sebelah kaki yang diseret. Perih, rasa itu menjalar di kaki kanannya.


Beberapa menit menunggu dibawah hujan membuat Younghyun menggigil karena dingin. Tapi tidak lama seseorang datang mendekatinya, mengulurkan payung untuk melindunginya dari tetes hujan.
"Pabo. Kau bisa sakit." ujar orang itu. Younghyun kenal sekali suara itu. Younghyun memberanikan diri untuk memastikan, ia menoleh.
"Oppa..." gumam Younghyun dengan bibir bergetar. Pria yang memayunginya itu tersenyum. Younghyun tidak tau harus senang atau sedih sekarang. Seharusnya ia senang karena akhirnya bertemu lagi dengan pria yang masih dicintainya itu. Tapi mengingat luka yang pernah Donghae berikan padanya membuat Younghyun urung untuk melonjak bahagia. Sekarang Younghyun bertahan dengan emosi datar.
"Hyun-ah, ayo masuk." suara lain terdengar di antara keheningan sepasang mantan kekasih itu. Kyuhyun. Entah sejak kapan pria itu datang. Kyuhyun meraih lengan Younghyun dan menariknya.
"Sirhuh!" sahut Younghyun.
"Jangan kekanak-kanakan, Hyun-ah. Ayo, masuk. Kau bisa sakit," ujar Kyuhyun sedikit memaksa.
"Ia tidak mau. Jangan memaksanya, Kyuhyun-ssi." kali Donghae angkat bicara. Kyuhyun menatap sinis pada Donghae.
"Kau punya televisi, kan? Mungkin kau melihat liputan acara pernikahan kami hari itu. Seharusnya kau tau dia istriku. Jadi jangan ikut campur." Kyuhyun menarik Younghyun ke dalam dekapannya. "Ayo, masuk. Bagaimana kalau ada papparazi yang melihat?" bisik Kyuhyun lembut di telinga istrinya. Seperti mantra sihir, bisikan Kyuhyun itu berhasil membuat Younghyun tunduk. Sementara Donghae, pria itu hanya bisa diam melihat Kyu-Young berlalu dari hadapannya. Ia memang tidak punya hak untuk membawa Younghyun dari Kyuhyun, walau sebenarnya ia ingin sekali melakukan itu.


"Masuklah dan ganti pakaianmu."
"Sirhuh!"
"Ini bukan waktunya membantahku, Hyun-ah. Kau bisa sakit!"
"Bisakah kau berhenti membentakku?! Kau tidak lebih dari sosok monster menyeramkan di mataku sekarang! Aku menyesal memilih kau sebagai suamiku, bahkan hanya dalam sebuah permainan sekalipun."


Bertengkar dengan Kyuhyun siang tadi membuat Younghyun benar-benar lelah. Batinnya lebih lelah lagi. Ia tertidur setelah mengganti pakaiannya yang basah. Sorenya ia sempat terbangun karena mendengar ketukan pintu kamar, tapi ia mengabaikannya. Kepalanya sakit karena kehujanan, membuat Younghyun enggan untuk bangun. Lagipula ia sedang malas melihat wajah Kyuhyun.


'tok! tok! tok!'
Untuk kesekian kalinya Kyuhyun mencoba mengetuk pintu kamar Younghyun. Tapi penghuninya tidak pernah menyahut. Kyuhyun khawatir sebenarnya, ia ingin memastikan kalau Younghyun tidak demam karena kehujanan siang tadi. Dan ia juga berniat mengobati luka di kaki Younghyun. Menyadari usahanya meminta Younghyun membukakan pintu sia-sia, Kyuhyun memberanikan diri untuk masuk tanpa permisi. Ia terlalu khawatir sekarang.
Pintu kamar Younghyun berderit saat Kyuhyun perlahan membukanya. Dengan membawa nampan berisi kotak P3K dan air hangat serta sebuah handuk, Kyuhyun berjalan mendekati ranjang Younghyun. Istrinya itu terlihat masih tertidur.
"Umma..." rintih Younghyun dengan mata masih tertutup. Wanita itu mengigau, pikir Kyu. Kyuhyun menarik sebuah kursi dan bersiap melakukan operasi kecil di kaki Younghyun. Tapi saat tangannya menyentuh kaki Younghyun, itu terasa dingin sekali. Kyuhyun mengalihkan tatapannya menuju wajah Younghyun. Bibir wanita itu menggigil dan keringat membanjiri wajahnya. Kyuhyun mengulur tangannya di leher Younghyun, panas sekali. Kekhawatiran Kyuhyun ternyata benar, Younghyun demam tinggi. Semalaman ini dihabiskan Kyu untuk merawat Younghyun.
------------------------------------------
Younghyun merasakan kondisi tubuhnya sudah kembali membaik setelah 4 hari terbaring karena sakit. Ia bisa membuka matanya dengan normal tanpa merasa pening lagi. Udara di kamarnya siang itu segar sekali walau sedikit panas karena pengaruh suhu di luar. Younghyun dapat melihat sosok ibunya yang sedang membaca majalah didekat meja tempat ia biasa menulis atau sekedar membaca buku. Bersamaan dengan itu Younghyun mendengar suara dari arah luar.
"Aku pulang." sapa Kyuhyun dari luar.
Younghyun mengurung niat untuk bangun. Ia kembali menutup mata, berpura-pura tidur. Ia masih belum mau berhadapan dengan Kyuhyun. Sekarang pintu kamarnya terdengar dibuka, pasti itu Kyuhyun.
"Omonim, bagaimana keadaan Younghyun?"
"Suhu tubuhnya sudah normal. Tapi dia masih belum bangun. Mungkin itu pengaruh obat."
"Apa tadi umma juga kesini?"
Younghyun mendengar suara Kyuhyun semakin mendekat ke arahnya.
"Ya, tapi buru-buru pergi karena Ah Ra meminta Ibu-mu menjaga anaknya."
"Oh~"
Sekarang Younghyun merasakan tangan Kyuhyun di dahinya. Kemudian dengan punggung tangannya, Kyuhyun menyentuh lehernya. Aneh, Younghyun menikmati sentuhan itu, bahkan ia tidak merasa ingin marah sedikitpun.
"Apa hari ini meninggalkan tugas di rumah sakit lagi?" tanya Ibu Younghyun seraya meletakkan majalahnya.
"Ada yang menggantikanku. Lagipula aku juga punya pasien di rumah," canda Kyuhyun seraya duduk di sisi ranjang dan meremas pelan jemari Younghyun. Ibu Younghyun tertawa kecil mendengarnya. "Omonim pasti lelah. Istirahatlah. Oh y, aku juga bawa makanan untuk makan siang. Omonim belum makan siang, kan?"
"Justru kau yang butuh istirahat, omonim cuma duduk. Semalam omonim lihat kau tidak tidur dan terus berjaga di samping Hyunnie. Kalau begitu terus nanti kau juga bisa sakit."
Kyuhyun tersenyum sumringah. "Menjaga Younghyun adalah tanggung jawabku."
Younghyun mendengus di dalam hati mendengar pernyataan klise Kyuhyun.
"Sepertinya omonim harus kembali ke rumah. Sudah 3 hari omonim tidak memasak untuk abeonim-mu."
"Ah~ algetseumnida. Khamsahamnida omonim-ah, sudah membantu menjaga istriku selama 3 hari ini."
"Omonim juga berterima kasih kau merawat uri Hyunnie dengan baik."
Ibu tidak tau bagaimana sikap Kyuhyun sebenarnya, batin Younghyun.
-------------------00------------------
Sore ini Younghyun berniat melancarkan aksi balas dendamnya. Ia ingin menghukum Kyuhyun atas apa yang pria itu lakukan padanya. Kyuhyun berhasil menyakiti perasaannya, melukai harga dirinya dengan kata 'jalang', membuat ia terlihat lemah karena sakit, dan yang paling menyebalkan membuat Ibu-nya memiliki pandangan yang sangat baik terhadap sosok Kyuhyun yang tanpa diketahui siapapun selalu mengatur dan membentaknya. Younghyun membuat Kyuhyun harus membayar mahal untuk semuanya.


Malam itu Younghyun menolak keras saat Kyuhyun menyuapinya, bahkan ia menolak minum obat. Younghyun meminta Kyuhyun membeli roti keju kesukaannya di toko roti yang letaknya jauh sekali dari apartemen mereka. Younghyun membentak Kyuhyun saat pria itu terlalu lama membawakan roti yang hanya dicuilnya sedikit lalu dimuntahkan lagi, padahal Kyuhyun harus mengemudi jauh sekali dan mengantri untuk mendapatkan makanan itu. Saat Kyuhyun asik bermain game, Younghyun memintanya untuk memijit kakinya. Younghyun marah karena pijitan Kyuhyun terasa terlalu keras padahal pijitan itu lembut sekali dan terasa nyaman. Malam itu jadwal pertandingan club favorit Kyuhyun, tapi Younghyun lagi-lagi berulah, ia memaksa Kyuhyun mengganti channel dengan acara drama-tv kesukaannya. Kyuhyun tidak menolak sedikitpun. Saat mata Kyuhyun mulai tertutup karena kantuk, Younghyun menyuruh Kyuhyun membawakannya segelas susu coklat untuk menemani acara menontonnya. Younghyun kembali membangunkan Kyuhyun yang tertidur di sofa saat ia minta dibantu dibopong ke kamarnya dengan alasan kakinya masih terasa nyeri saat dipijakkan. Terakhir Younghyun menginginkan Kyuhyun menemaninya semalaman ini, meminta pria itu mengelus rambutnya sampai ia terlelap. Tapi sampai pukul 3 dini hari ia masih belum juga tertidur, dan Kyuhyun terpaksa harus ikut terjaga padahal matanya terasa berat sekali.
------------------------------------------
Pagi itu Younghyun terbangun dengan mendapati Kyuhyun masih tertidur di atas kursi. Dengan badan meringkuk di sisi ranjang Younghyun dan tangannya masih hinggap di kepala Younghyun.
"Ya-! Ireona!" ujar Younghyun sambil mendorong-dorong bahu Kyuhyun sampai pria itu terbangun dan itu berhasil. Kyuhyun mencoba membuka matanya yang masih mengantuk.
"Enghh!?" Kyuhyun melenguh seraya bangkit dari posisinya.
"Siapkan air hangat dan sarapan!" Younghyun masih melancarkan aksi balas dendam rupanya.
"Ne~" sahut Kyuhyun dengan suara parau. Ia berdiri dan menggeliat meregangkan tulang punggungnya. "Chamkhamanyo."
Seharusnya Younghyun puas setelah berhasil memperalat Kyuhyun. Tapi melihat pria itu selalu menurut, bahkan tidak memperlihatkan rasa kesal sedikitpun malah membuat Younghyun merasa kasihan. Melihat wajah lelah Kyuhyun pagi ini membuat Younghyun menyadari betapa semua yang Kyuhyun lakukan padanya selama ia sakit adalah ketulusan. Rasa bersalah menghinggapi Younghyun saat mengingat kembali apa yang ia lakukan semalam. Tapi Kyuhyun pantas mendapatkan itu setelah apa yang ia lakukan terhadap dirinya, pikir Younghyun.


Di meja makan sudah terhidang makanan yang dibuat Kyuhyun dengan tangannya sendiri. Bubur, sup kimchi dan juga segelas jus buah untuk memulihkan stamina Younghyun. Saat pintu kamar terbuka, Kyuhyun bergegas menghampiri Younghyun untuk membantu istrinya itu berjalan menuju meja makan. Lagi-lagi Younghyun merasakan kelembutan dari seorang Kyuhyun.
"Kau tidak ikut makan?"
"Nanti saja. Aku masih kenyang setelah memakan roti keju punyamu. Enak juga, kenapa kau tidak menghabiskannya?"
"Eh? itu... lidahku terasa pahit semalam," kilah Younghyun.
"Ah~ araso. Begitulah kalau sedang sakit."
Kyuhyun menyunggingkan senyuman manisnya. Kemudian melanjutkan mengupas jeruk untuk Younghyun.
"Apa kita sudah baikan sekarang?" tanya Kyuhyun masih berkonsentrasi dengan jeruknya.
"Eh?"
"Aku sadar ucapanku hari itu kasar sekali."
"Sudahlah, aku tidak mau mengingat itu lagi."
"Mianhada. Aku berjanji itu terakhir kalinya membuatmu marah."
"Aku ingin sekali mempercayaimu. Tapi kau seringkali meledak-ledak tanpa alasan yang jelas."
"Aku tidak akan marah kalau kau tidak melakukan kesalahan. Hari itu kau membuatku cemburu."
"Heh?"
"Kalau ingin mendekati Siwon, setidaknya pikirkan waktu dan tempatnya. Hari itu banyak orang yang melihat, bagaimana kalau ada wartawan yang melihat dan membuat artikel yang tidak-tidak?"
"Baiklah. Aku salah."
"Aku juga."
"Gomawo."
"Untuk pengabdianku selama beberapa hari ini? huh- Aku yang membuatmu sakit, anggap saja aku sedang menebus kesalahanku."
Lagi-lagi Kyuhyun tersenyum manis sambil menatap Younghyun untuk beberapa saat, membuat Younghyun mendadak salah tingkah.
"Ah~ hampir saja aku lupa. Donghae kesini 2 hari yang lalu, tapi aku melarangnya melihatmu."
"Donghae?"
"Emh, si brengsek itu masih berani datang menemuimu. Rasanya aku ingin sekali memukul wajahnya saat ia datang lagi dengan wajah penyesalan dan membawa seikat bunga untuk menjengukmu."
"Kau berkelahi dengannya?"
"Tentu saja tidak! Aku dengar Donghae master Tae Kwon Do, pasti aku kalah kalau berkelahi dengannya. Jadi aku mengajaknya bicara."
Pernyataan Kyuhyun berhasil membuat Younghyun hampir tertawa.
"Lalu?"
"Katanya dia masih mencintaimu. Ia punya alasan kenapa menikah dengan orang lain dan meninggalkanmu. Dan alasannya cukup meyakinkanku."
"Apa?"
"Kau bicara saja langsung dengannya. Di ponselmu aku sudah menyimpan nomornya, hubungi saja."
"Kau mengizinkanku menemuinya?"
"Tentu saja. Kenapa aku harus menghalangi pertemuan sepasang mantan kekasih yang masih saling mencintai."
"Bukankah dulu kau bilang Donghae bukan pria yang baik? Bagaimana kalau ada papparazi yang melihat? Seperti yang selalu kau khawatirkan."
"Geurom, sepertinya lebih baik aku melarangmu saja."
"Mwo?"
"Makanya jangan banyak bicara kalau kau tidak ingin aku berubah pikiran. Bersikaplah sewajarnya di depan Donghae, maka orang tidak akan berpikiran yang tidak-tidak."
"Ara~ cerewet kau!"
"Habiskan makananmu. Setelah itu kau ikut aku, sepertinya kita sudah lama tidak mengadakan kunjungan ke rumah orang tua. Umma-Appa ku merindukanmu. Mungkin ini kunjungan terakhir kalau kau memutuskan kembali pada Donghae."
------------------------------------------
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Younghyun memutuskan untuk menghubungi dan mengajak Donghae bertemu. Lebih dari sekedar ingin tau alasan Donghae meninggalkannya, sebenarnya Younghyun sangat merindukan sosok Donghae. Mantan kekasih yang secara sepihak memutuskannya. Walau luka yang diberikan Donghae cukup dalam tapi Younghyun masih sulit untuk membenci dan benar-benar menghapus Donghae dari hatinya.


Sore itu mereka berjanji bertemu di sebuah cafe di dekat Yeuido. Awalnya Donghae mengusulkan untuk bertemu di cafe dimana ia dan Younghyun dulu biasa bertemu, tapi Younghyun menolak. Younghyun berdalih tempat itu terlalu jauh padahal sebenarnya ia sedang menghindari terkuaknya memori-memori lama yang tersimpan di tempat itu.
Younghyun sengaja datang agak terlambat sore ini, ia tidak ingin terlihat seperti orang yang benar-benar mengharapkan pertemuan ini. Perlahan ia melangkah masuk menuju meja yang ada di tengah cafe itu. Donghae terlihat sedang melamun, entah apa yang ia pikirkan.
"Mianhe, aku terlambat." tutur Younghyun seraya menarik kursi dan duduk.
"Gwaenchana." Donghae tersenyum. "Aku juga baru datang. Aku sudah memesan minuman. Latte, kau masih suka minuman itu, kan?"
"Animnida. Aku mulai terbiasa dengan teh ginseng atau segelas susu coklat yang biasa Kyuhyun buatkan untukku." Younghyun berusaha berbicara sedatar mungkin.
"Oh~ Kyuhyun, suami-mu." raut kecewa terlukis di wajah Donghae.
"Kemana saja selama ini, Donghae-ssi? Apa istri-mu baik-baik saja?"
"Sejak kapan kau mulai berbicara formal seperti ini? Kau bahkan tidak memanggilku dengan sebutan oppa."
"Bukankah aku yang lebih dulu bertanya?"
"Ah~ geurom, aku tinggal di Jepang. Dan aku sudah bercerai, tepatnya sebulan sebelum aku mendengar berita pernikahanmu."
"Oh~ begitu rupanya. Lalu apa yang kau lakukan di Korea?"
"Aku ingin menemuimu."
"Sudah kau lakukan."
"Aku ingin membawamu."
"Terlambat, aku punya Kyuhyun."
"Tapi kau tidak mencintainya, kenapa kau menikah dengannya?"
"Siapa bilang?"
"Kyuhyun sendiri yang bilang padaku."
"Mwo?"
Seorang pelayan yang mengantarkan dua gelas latte sejenak menghentikan obrolan Younghyun dan Donghae.
"Aku tau soal permainan yang sedang kalian lakukan. Kyuhyun sudah menceritakan semuanya padaku."
Sial. Younghyun merutuk kesal mendengar ucapan Donghae. Ini membuat ia kehilangan harga diri di depan Donghae. Younghyun bersumpah akan memaki Kyuhyun saat mereka bertemu di rumah nanti.
"Lalu? Kau berhasil membuatku terlihat seperti wanita bodoh. Kau meninggalkanku setahun yang lalu dan sekarang mendapati aku yang masih menyimpan perasaan terhadapmu. Huh! Kau pasti bangga sekali."
"Aniya~ justru aku sangat bersyukur kau masih menyukaiku. Aku mencintaimu, Hyun-ah. Aku meninggalkanmu karena orang tuaku. Saat itu umma sakit, beliau menginginkanku segera menikah. Dan kau tau sendiri bagaimana respon umma terhadap hubungan kita, beliau tidak menyukai menantu seorang artis. Beberapa hari setelah beberapa infotainment menyiarkan berita bahwa kita akan bertunangan kesehatan umma drop. Aku dalam pilihan sulit saat itu. Aku menyayangi umma-ku dan aku mencintaimu." jelas Donghae panjang lebar.
"Tapi kau tidak memberi penjelasan apapun. Kau menghilang begitu saja."
"Aku tidak tau harus menjelaskan apa."
"Apa kau tau bagaimana tekanan yang aku hadapi saat itu? Semua wartawan itu bertanya-tanya tentang kau dan pertunangan kita. Aku tidak punya jawaban, aku menghadapi semuanya sendiri."
"Aku tau, Kyuhyun menjelaskan semuanya padaku."
"Kenapa kau kembali sekarang?"
"Aku mencintaimu. Aku punya keyakinan kalau kau juga masih mencintaiku. Dan aku benar-benar yakin kita bisa bersama lagi setelah mendengar penjelasan dari Kyuhyun."
"Ibu-mu tidak menyukai menantu seorang artis."
"Umma meninggal sebelum aku memutuskan untuk bercerai."
Hening. Donghae perlahan meraih tangan Younghyun yang terlipat di atas meja.
"Hyun-ah, ayo kita memulai kehidupan yang baru. Sampai kapan kau terus memainkan permainan konyol ini?"
Younghyun menarik tangannya dari genggaman Donghae.
"Aku tidak mau ada gosip, Donghae-ssi. Jaga sikapmu."
"Mianhe. Ah~ aku punya sesuatu untukmu."
Donghae merogoh saku jas-nya dan mengeluarkan benda hitam kecil berbentuk kotak. Ia membuka dan menyodorkannya ke hadapan Younghyun. "Hadiah ulang tahunmu. Juga cincin pertunangan kita. Saengil chukkae."
"Mianhe, Donghae-ssi. Aku tidak bisa menerima ini."
"Wae?"
"Aniya~ aku harus kembali. Kyuhyun memintaku untuk pulang cepat sore ini." Younghyun bergegas bangun dari tempat duduknya. Tapi Donghae menahan tangan Younghyun.
"Hyun-ah, kita punya kesempatan untuk memulai lagi. Aku sangat berharap kau kembali padaku. Besok atau lusa aku ingin kita bertemu lagi dan aku ingin mendengar keputusanmu."
------------------------------------------
"Saengil chukkae!" seru Kyuhyun saat Younghyun membuka pintu apartemen. Younghyun menoleh sebentar sambil mengganti high heels-nya dengan sandal rumah. "Bagaimana pertemuan kalian?" tanya Kyu. Younghyun mendongak dan menunjukkan raut muka masam.
"Kyuhyun-ssi..." geram Younghyun.
"Ah-! Sepertinya ada kabar buruk. Bisakah kita bersenang-senang dulu, setelah itu baru kau bercerita."
Kyuhyun menarik Younghyun menuju ruang TV. Dan Younghyun dibuat takjub oleh pemandangan di depannya. Ruangan TV di penuhi balon biru dan putih. Lampu yang agak redup menerangi tempat itu dan terdapat sebuah cake di atas meja.
"Aku menyiapkan ini sejak tadi siang. Kkaja!"
Kyuhyun mendorong bahu Younghyun ke depan meja dan memaksanya untuk duduk. Younghyun sempat terharu melihat semua ini, kemarahannya hilang begitu saja.
"Buat permohonan dan tiup lilinnya."
"Aku bukan anak kecil lagi."
"Ayolah, jangan merusak acaranya."
"Baiklah, Kyuhyun pabo."
Younghyun langsung meniup lilinnya tanpa membuat permohonan seperti yang sarankan Kyuhyun, konyol menurutnya.
"Gezz~ Sekarang waktunya makan sup rumput laut. Igeot. Meokgo." Kyuhyun menyodorkan sesendok sup rumput laut ke mulut Younghyun. "Jangan malu-malu. Bukankah ini romantis? Hahaha~"
"Mana hadiahnya?" tuntut Younghyun yang masih mengunyah gumpalan rumput laut di dalam mulutnya.
"Aku bingung harus membelikan apa untukmu. Semua yang kau suka sudah aku berikan di ulang tahunmu yang sebelum-sebelumnya. Aku kehabisan ide sekarang."
"Huu~" Younghyun mencibir.
"Heum~ bagaimana kalau malam ini aku menjadi pendengar setiamu saja? Ceritakan bagaimana pertemuanmu dengan Donghae tadi?"
"Ah-! Aku sampai lupa!"
'tokk!' Kyuhyun mengusap-ngusap dahinya yang dipukul Younghyun sambil meringis.
"Kenapa kau memukulku?"
"Ya-! Kenapa kau ceritakan pada Donghae tentang pernikahan kita ini? Memalukan."
"Aku tidak sengaja hari itu. Aku terlalu emosi sampai mulutku membeberkan semuanya."
"Gezz~!"
"Tapi itu berhasil membuat Donghae mengaku kalau dia masih sangat mencintaimu."
"Tetap saja aku merasa mati konyol di depan Donghae."
"Apa yang kalian bicarakan tadi?"
"Donghae mengajakku memulai lagi."
"Lalu?"
"Aku masih menyukainya memang. Tapi aku merasa perasaanku berbeda saat bertemu tadi. Aku tidak sekasmaran dulu."
"Itu karena kau masih merasa disakiti Donghae. Aku tau kau tipe pendendam, kau masih menyimpan perasaan kecewa itu. Itu yang membuatmu masih sulit menerima Donghae."
"Entahlah."
"Atau mungkin kau mulai merasa membutuhkanku. Hahaha~"
"Aku serius. Bagaimana pendapatmu tentang ajakan Donghae?"
"Kau tanya saja perasaanmu sendiri. Apa kau ingin bersama Donghae karena masih mencintai dan merasa membutuhkannya. Atau hanya karena ingin bernostalgia."
"Molla. Ia meminta keputusanku besok atau lusa."
"Kau masih punya waktu untuk berpikir."
Sejenak keduanya diam.
"Hyun-ah, apa kau punya keyakinan akan bahagia bersama Donghae?" tanya Kyuhyun lirih.
"Melihat tatapannya tadi aku cukup yakin."
"Ah~ baguslah."
Mereka kembali diam.
"Wae?" tanya Younghyun saat suasana berubah kaku. "Kenapa kau diam?"
"Aku sedang berpikir."
"Tentang apa?"
"Aku sedang memikirkan alasan perceraian kita."
------------------------------------------
Pagi itu seperti biasanya, Kyuhyun bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan sarapan. Younghyun tidak bisa diharapkan untuk hal yang satu ini, ia sulit untuk bangun pagi.
"Mianhe, aku terlambat pagi ini," ujar Younghyun sambil menggulung rambutnya.
"Huh~ pagi ini? Bicaramu seperti kau terlambat bangun satu atau dua kali saja. Ayo, semuanya sudah siap."
Suami-Istri itu menikmati sarapan mereka dengan lahap.
"Aku punya sesuatu untukmu."
"Mwoya?"
"Ada di meja dekat ruang TV. Lihat saja nanti. Ah~ aku harus buru-buru, kau sarapan sendiri saja y?"
"Hum~"


"Eonni, apa kegiatanku hari ini?" tanya Younghyun pada Hyorin melalui telpon. "Jam 2 nanti siang? Itu saja?... ah~ baiklah kalau begitu. Gomawo."
Younghyun bisa mulai untuk bersantai setelah mendengar jadwalnya hanya menjadi bintang tamu di sebuah radio nanti siang. Ia teringat ucapan Kyuhyun saat sarapan tadi, ada sesuatu untuknya. Younghyun melangkah menuju ruang TV dan menemukan sebuah amplop besar di atas meja. Ia mencoba mencari tau isinya dengan menarik 2 lembar kertas di dalam amplop itu dan membaca huruf-huruf yang tercetak rapi di permukaannya. Surat cerai. Younghyun terpaku memegang lembaran itu. Ia bingung merangkai emosinya, apa dia harus senang sekarang? Kyuhyun sudah melepaskannya dan tawaran menggiurkan datang dari Donghae, seharusnya ia senang. Tapi kenyataannya perasaan yang diharapkan itu tidak menjalar di hatinya sama sekali.
'tett!' suara bel membuyarkan Younghyun yang kalut dengan perasaannya. Ia tergopoh-gopoh berlari menuju pintu dan membukanya.
"Eonni!" seru Younghyun saat mendapati Ah Ra datang berkunjung. "Masuklah eonni-ah."
"Kau tidak ada kegiatan hari ini?" tanya Ah Ra yang mengekor Younghyun ke dalam rumah.
"Aku jadi bintang tamu di radio nanti siang. Silahkan duduk, eonni-ah."
"Eonni ingin mengajakmu belanja hari ini. Otte?"
"Baiklah, tidak masalah. Aku siap-siap dulu."
------------------00------------------
Lelah berkeliling di pusat perbelanjaan, akhirnya Younghyun dan Ah Ra memilih istirahat di sebuah cafe di dalam pusat perbelanjaan itu. Saat menyesap softdrink-nya ponsel Younghyun berbunyi. Celaka, Donghae yang menelpon.
"Manager-ku, eonni-ah. Aku jawab dulu," bohong Younghyun. Ah Ra menjawab dengan senyuman.
"Ye~ yeoboseyo... Aku sedang berbelanja dengan kakak iparku... Jigeum? Bagaimana kalau nanti sore saja? Setelah aku pulang dari mengisi acara di radio... ye~ Annyeong."
Younghyun menutup telpon dengan kikuk.
"Hyorin eonni minta aku datang membicarakan soal tawaran iklan." ujar Younghyun tanpa diminta Ah Ra.
"Ah~ begitu. Eng~ Hyun-ah, eonni ingin bicara sesuatu padamu." Ah Ra terlihat serius.
"Ye? Mworago, eonni-ah?"
------------------00------------------
Kyuhyun baru pulang dari rumah sakit pukul 8 p.m, ia memasuki gedung apartemen dengan langkah tidak bersemangat. Tadi sore Younghyun memberi tahunya kalau ia akan bertemu Donghae. Itu berarti saat di dalam rumah nanti ia akan mendengar keputusan Younghyun. Walau sebenarnya ia sudah tau apa yang akan diputuskan istrinya itu. Selama di dalam lift pikiran Kyuhyun berkelebat. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkin soal kisah cintanya setelah bercerai nanti, tentang kehidupan barunya setelah berpisah dari Younghyun.


Kyuhyun bersiap mendorong pintu apartemennya setelah menempelkan id card di panel pintu apartemennya. Sebelumnya Kyuhyun mengatur raut wajahnya menjadi setenang dan sesenang mungkin seperti biasanya.
"Aku pulang, yeobo-ah." seru Kyuhyun dengan semangat yang dibuat-buat. Tidak ada jawaban. Ia pun melangkah masuk sambil melonggarkan dasinya.
"Hyun-ah, kau sudah pulang?"
Kyuhyun mendapati Younghyun tengah duduk di dekat meja makan.
"Sudah pulang rupanya. Kenapa tidak menjawab?"
"Aku sudah menandatangani surat cerainya." sahut Younghyun ketus. Kyuhyun beralih mendekati Younghyun setelah melempar jasnya ke sofa.
"Oh. Kau sudah bertemu Donghae?"
"Ya, tadi sore."
"Hum~ baguslah. Mana surat cerainya?"
"Sampai kapan kau seperti ini?"
"Mwoya?"
"Paboya! Apa kau bahagia saat melihatku bersama Donghae? Saat aku sudah dalam genggamanmupun kau tidak mampu untuk memilikiku. Paboya!"
"Aku bahagia kalau kau bahagia."
"Cih! Klise sekali! Kenapa kau begitu bodoh? Sampai kapan kau menyimpan perasaanmu sendiri?"
"Sampai kau siap menerimaku. Tapi sepertinya tidak mungkin, kau punya Donghae sekarang."
"Kenapa kau tidak pernah menyatakannya padaku?"
"Karena kau tidak pernah memberiku kesempatan. Kau selalu datang padaku saat kau dengan cinta barumu atau patah hati. Tidak pernah ada waktu yang tepat untukku. Aku tidak mau memanfaatkan keadaan, aku tidak mau jadi pelarian. Dan juga sejak kita SMA kau selalu bercerita soal tipe pria idamanmu padaku dan tidak satupun kriteria itu aku penuhi. Itu membuatku nyaliku semakin menciut."
"Tapi kau berbeda dari pria yang pernah bersamaku selama ini."
"Ya, tapi itu tidak cukup membuatmu mencintaiku. Sudahlah, bukankah kita sudah akan bercerai. Kenapa harus memperdebatkan perasaanku sekarang?"
Younghyun berjalan mendekati Kyuhyun yang masih berdiri tidak jauh darinya.
"Mana surat cerainya?"
"Aku sudah membakarnya."
"Mwo? Ya-! Hyun-.....mmmh"
Mulut Kyuhyun dibekap oleh ciuman Younghyun. Mata Kyuhyun membelalak saat bibir Younghyun membungkamnya dan kedua tangan Younghyun mendekap pipi juga kepalanya. Younghyun melepas ciumannya setelah beberapa detik.
"Hyun-ah...kau..."
"Saranghamnida. Setelah menikah aku selalu merasa membutuhkanmu, hanya saja aku terlalu bodoh tidak menyadari kalau perasaan itu adalah cinta. Melihat surat cerai yang kau berikan pagi tadi, entah mengapa aku menjadi takut membayangkan perpisahan denganmu."
"Tapi bagaimana kau tau soal..."
"Ah Ra eonni menceritakan semuanya padaku tadi siang. Eonni juga mengajakku ke kamarmu, aku melihat semuanya. Surat-surat cinta yang kau simpan dan foto-fotoku di album khusus itu. Kau seperti seorang stalker yang mengerikan."
"Hahaha~ "
"Bagaimana kalau aku tidak bertemu Ah Ra eonni tadi siang? Apa kau masih bisa tertawa seperti ini?"
"Tentu saja tidak. Aku berterima kasih pada nuna hari ini."
"Aku juga berterima kasih pada Donghae."
"Eh?"
"Kalau dia tidak meninggalkanku, aku tidak akan bersama orang bodoh sepertimu. Gomawo untuk ketulusanmu selama 9 tahun ini."
"Boleh kita berciuman lagi?" ujar Kyuhyun mengangkat alisnya. "Bagaimana kalau kita juga melanjutkannya di kamarku? keke~"
--------------------------------------
END

Mwahaha~ ending gaje XD Garing abesssss xD Dialog berantakan. Smuga reader suka. Sumpah dah bingung banget bikin endingnya @_@ akhirnya slse (_ _")7 fiuhh~
Kritik dah sebanyak-banyaknya. Part yg jeleknya mana, part ga pentingnya mana, deskripsi yg jeleknya mana. Tell me tell me tell me xD
Kalo jelek bilang yak :D kekeke~



Catatan:
-Niga animyeon andwae : Aku tidak bisa tanpamu
-Gwaenchana : Tidak apa-apa
-Sirhuh : Tidak mau
-Chagi-ah : [panggilan] Sayang
-Mianhada : Maaf
-Mwo?/Mwoya?/Mworago? : Apa?
-Wae?/Waeyo? : Kenapa?
-Geurom : Baiklah
-Ireona : Bangun
-Algetseumnida : Aku mengerti
-Chamkaman : Tunggu
-Yeoboseyo : [sapaan di telpon] Halo

- Can It Be Love? [two shot FF/1] -

cicy mkasi ya udah ijin lagi...
hehe...


Author : Chikyu 'Aoi' Younghyun


Genre: Romance
Page: 2
Main Cast: Cho Kyuhyun and Kim Younghyun
Another Cast: Lee Donghae, Lee Hyorin, Lee Hyukjae *Lee semua :D
--------------------------
-------------
Seketika Kyuhyun tersadar dari kekosongan pikirannya saat mendengar pintu ruang kerjanya terbuka. Ia berbalik, tidak lagi menghadap jendela, kemudian duduk di kursinya bersamaan dengan wanita yang memasuki ruangannya ini. Seorang wanita--mengenakan topi pet, kacamata hitam besar, skinny jeans, dan t-shirt lengkap dengan blazer hitam serta rajutan benang wol yang melilit lehernya--dengan gelagat was-was tadi kemudian mengambil posisi duduk di kursi di hadapan Kyuhyun.
"Hey, bukankah anda artis terkenal, Kim Younghyun?" ujar Kyu dengan nada bercanda, sesaat setelah wanita itu membuka kacamata hitamnya. Wanita itu tidak menggubris, ia melanjutkan membuka syal dan topinya.
"Cho eusanim, aku mau kopi." ujar wanita tadi santai. Nada bicaranya seolah ia sudah lama kenal dengan dokter bernama Cho Kyuhyun itu.
"Kesini hanya untuk memesan kopi? Tidak sebanding dengan pengorbananmu untuk menyamar dan perjalanan jauh kemari."
"Cho Kyuhyun-ssi !" tegas Younghyun.
"Ara- chamkamanyo, Kim Younghyun-ssi."


Sekarang mereka duduk di sofa santai, masih di ruangan kerja Kyuhyun.
"Younghyun agassi, apa kau sudah membuat janji untuk konsultasi denganku?" sela Kyuhyun saat wanita bernama Younghyun itu tengah menyesap kopi hangatnya. Setelah meletakkan cangkir kopinya, Younghyun menghela napas panjang lalu membaringkan tubuhnya di sofa.
"Ya-! Cho eusanim, apa kau punya obat untuk umma-ku?"
"Ahjumma? Wae? Beliau sakit apa?"
"Penyakit langka. Aku mau obat supaya umma berhenti menanyakan soal pernikahanku, obat yang dapat menghapus memori otak umma tentang keinginannya melihatku menikah secepatnya."
Kyuhyun mendengus mendengar ocehan sahabatnya itu.
"Gezz-! Masalah itu lagi. Kali ini apalagi alasanmu pada ahjumma?"
"Eobso. Aku kehabisan ide untuk berkilah."
"Lalu?"
"Aku langsung pergi dengan alasan syuting."
"Bagaimana untuk menghadapi interogasi ahjumma besoknya lagi?"
"Itulah kenapa aku kemari."
"Maksudmu obat tadi? Tidak ada. Konyol sekali kau."
"Bukan. Aku butuh pendapatmu, setidaknya ide supaya umma berhenti menerorku dengan pertanyaan itu."
"Menikahlah!"
"Kya-!" Younghyun bangkit dari posisinya tadi.
"24 tahun, memasuki 25 tahun, umur yang sudah matang bagi seorang wanita untuk menikah. Kalau aku jadi ibumu, aku pasti juga akan uring-uringan kalau anak gadisku belum juga mau menikah di usianya yang sudah seharusnya ini." potong Kyuhyun sambil tersenyum kecut. Younghyun benci senyuman itu, seperti mencela.
"Berikan alasanmu kenapa aku harus menikah?"
"Kau sudah punya segalanya, karir, nama baik, wajah cantik..."
"Assa-! Itu dia, aku sudah punya segalanya. Lalu kenapa harus menikah?" potong Younghyun cepat.
"Ya-! Dengarkan aku dulu, itu dia masalahmu. Kau terlalu asik bersenang-senang dengan dunia glamour-mu. Semua orang butuh pasangan hidup, seorang wanita butuh sosok suami untuk melindungi dan menyayanginya."
"Aku punya Tuhan yang melindungiku dan... semua orang menyayangiku, kau termasuk."
Kyuhyun kali ini menarik napas dalam-dalam, menghimpun kesabaran untuk melanjutkan diskusi 'panas' dengan sahabatnya yang keras kepala ini. Dua sahabat ini selalu berdebat setiap kali mereka bertemu. Tapi itulah cara mereka berbagi dan bertukar pikiran.
"Kau terlalu angkuh. Egois."
"Baiklah, aku angkuh. Lalu?" ujar Younghyun santai.
"Aku lupa menambahkan: kekanak-kanakan, kadang-kadang. Jadi begini, aku yakin semua wanita pada posisi dan usia yang sama denganmu pasti akan memilih menikah untuk menyempurnakan kebahagiaan hidupnya. Kecuali kalau mereka phobia pernikahan atau kemungkinan terburuknya...tidak menyukai laki-laki." ujar Kyuhyun hati-hati. Younghyun mengernyitkan dahi, melempar tatapan tajam pada Kyuhyun.
"Ya-! Aku tidak memvonismu seperti itu." lanjut Kyuhyun sambil terbahak.
"Ya-! Aku benci kau tertawa seperti itu, Kyuhyun-ssi."
"Baiklah, dengarkan aku." ujar Kyuhyun sambil menghentikan tawanya, mencoba lebih serius. "Ingat, kau anak satu-satunya keluarga Kim, apa kau akan menghentikan keturunan di generasimu? Pasti tidak, jadi anak adalah alasan kenapa kau harus menikah. Lalu, apa kau tidak ingin memiliki pasangan yang kau gandeng saat kau menghadiri acara dengan teman-teman artismu mungkin, atau seseorang yang akan menemanimu sampai kau sudah renta?"
Bingo! Semua ucapan Kyuhyun benar, di hati kecil Younghyun ada keinginan itu. Hanya saja masih ada yang mengganjal di hatinya, membuat ia mengurung jauh niat untuk segera mewujudkan semua itu.
“Untuk menjadi seseorang yang kau gandeng saat pesta mungkin aku, sahabatmu, bisa melakukannya. Tapi yang lain tidak. Apalagi memberimu anak.” goda Kyuhyun menahan tawa.
"Ya-! Berhenti bercanda! Lalu kenapa kau belum menikah, Kyuhyun-ssi?" nada Younghyun lebih lunak kali ini, tidak angkuh lagi.
"Hmm, karena aku belum menemukan pasangan yang cocok."
"Aku juga."
"Aniya- kau menutup hatimu, Hyun-ah. Donghae, di hatimu masih pada pria itu kan? Atau mungkin kau trauma pada laki-laki karena takut disakiti seperti yang pernah Donghae lakukan padamu?"
Hening. Lidah Younghyun tercekat, tidak ada kekuatan lagi untuk menjawab ucapan Kyuhyun yang sepenuhnya benar.
"Hey, agassi !" panggil Kyuhyun membuyarkan lamunan Younghyun.
"Ne?"
"Kenapa kau diam?"
"Aniya~ Tapi Kyuhyun-ssi, kenapa harus sekarang? Bukankah masih banyak waktu untuk menikah?"
"Omo~ apa usiamu akan terus 24 tahun? Saat kulitmu mulai berkerut, kau pikir masih banyak pria yang menyukaimu? Rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 1:2. Jika kau terus membiarkan hidupmu berlangsung begitu saja dan masih tidak menentukan pilihan, maka kau akan termasuk kedalam kelompok wanita tidak terpilih yang menghabiskan waktu sebagai perawaan tua, hidup sendirian itu menyedihkan. Sudahlah, ada banyak alasan yang bisa kuberikan padamu, berhentilah bertanya." Kyuhyun berhenti sejenak setelah penjelasan panjangnya. Dan Kyuhyun melanjutkan. "Hyun-ah, bagaimana kalau mencoba?"
"Mwo? Coba? Apa?"
-------------------00------------------
Younghyun menghempaskan tubuhnya di ranjang apartemennya. Otaknya masih terpikir ide gila Kyuhyun, soal eksperimen gila. Otak jenius pria itu sepertinya sudah membuatnya kehilangan cara berpikir normal, pikir Younghyun. Walau ide itu seutuhnya dapat meredam teror pertanyaan ibunya, tapi Younghyun tidak pernah berpikir untuk menjadikan pernikahan sebagai percobaan, permainan tepatnya.
'drrrt! drrrt!' nama 'Nae Umma' tertera di layar Soner milik Younghyun.
"Ye, umma?... Sekarang di apartemen... Wae?... Eobso... pukul 7 malam ini? Algetseumnida."
Younghyun melempar kembali ponselnya ke sisi ranjang yang kosong. Masalah baru datang lagi menguras energi otaknya. Telpon dari ibunya barusan membahas soal makan malam. Dan Younghyun sudah tau kalau acara malam ini akan ada unsur perjodohan.
"Bagaimana lagi aku harus menolak? Apa malam ini aku kabur lagi?" gumam Younghyun. "Tapi kasihan juga umma dan appa."
-------------------00-----------------
Younghyun sampai hotel megah di kawasan Yongsan diantar oleh Hyorin, manager-nya.
"Eonni, gomawo." ujar Younghyun pada Hyorin sebelum ia turun dari mobil. Sosok Younghyun yang berbalut benda serba mewah pun memasuki pintu utama hotel milik teman Ibu-nya ini. Ia menyeret langkah menuju tempat yang diberitahukan oleh Ibu-nya tadi sore melalui telpon. Kedatangan Younghyun disambut seorang pelayan pria yang mengantarkannya ke meja tempat makan malam diadakan. Younghyun menarik kursi di sebelah ibunya yang sudah lebih dulu datang bersama ayahnya. Ada 6 orang di meja itu termasuk dirinya. Younghyun tentu tau bersopan-santun, dengan sikap manis ia menyapa 3 orang asing dihadapannya.
“Annyeong ahjumma, ahjussi, dan ...”
“Jang Geunsuk.” potong pria ber-jas abu-abu itu menyebutkan namanya.
“Ah, ne~ annyeong Geunsuk-ssi.”
Cukup tampan tapi bukan tipe Younghyun. Pria ini terlihat sama angkuhnya dengan dirinya, apa yang terjadi kalau mereka sampai menikah? Setiap hari dipenuhi perdebatan? Menakutkan, batin Younghyun.
“Kalau begitu sekarang kita bisa memesan makanan.” usul Mr. Jang dari ujung meja.
“Ne~ semuanya pesan saja. Aku mau ke toilet sebentar.” pamit Younghyun. Mrs. Kim menyenggol lengan putrinya, kekhawatiran mulai menggerogoti hati wanita paruh baya itu.
“Kau akan membuat orang tuamu malu lagi kali ini?” bisik Mrs. Kim tajam.
“Aniya, umma-ah. Aku tidak akan lama.” Younghyun pun meninggalkan meja itu. Selang beberapa menit setelah Younghyun pergi, Mrs. Kim pun berniat menyusul putrinya itu. Tentu saja ia tidak mengatakan alasan kalau sebenarnya ia ingin memastikan kalau putrinya itu tidak kabur.


Dengan langkah tergesa-gesa Mrs. Kim memasuki pintu toilet wanita di lantai dasar hotel itu. Dan pemandangan di depannya sekarang membuat Mrs. Kim dapat menghembus napas lega. Younghyun tampak sedang merapikan lipstik-nya di depan cermin toilet, wanita dengan mini dress maroon itu tidak kabur rupanya. Mrs. Kim pun bergerak mendekat sampai Younghyun dapat melihat siluet tubuh Ibu-nya itu di cermin.
“Waeyo, umma? Apa umma pikir aku akan kabur lagi?”
“Kau selalu begitu. Tentu saja umma was-was kali ini.”
“Aku kapok membuat umma malu di depan teman-teman umma.”
“Sekarang kau baru sadar, anak nakal.”
Younghyun tersenyum geli menyadari kekhawatiran Ibu-nya yang berlebihan.
“Kkaja-! Kita kembali.” ajak Mrs. Cho.
“Aku sebentar lagi. Umma kembali duluan.”
“...” belum sempat Mrs. Kim menarik napas untuk bicara lagi, Younghyun sudah memotong.
“Aku janji tidak akan kabur. Jhinjharo, umma-ah. Percayalah. Aku masih nervous karena pria di meja tadi.” rayu Younghyun, sepertinya kali ini Mrs. Kim termakan rayuan putrinya sendiri. Mrs. Kim tersenyum tipis.
“Aigu~ sepertinya kali ini calon dari umma sesuai dengan seleramu.” ujar Mrs. Kim bangga.
“Begitulah.” respon Younghyun sambil mengangkat kedua alisnya, meyakinkan.
“Jangan lama-lama.” pesan Mrs. Kim sebelum benar-benar meninggalkan toilet itu. Younghyun hanya membalas dengan isyarat kedipan mata.


5 menit. 10 menit. Younghyun belum kembali ke meja, membuat hati Mrs. Kim kembali diselimuti kekhawatiran.
“Yeobo, kemana Hyunnie?” bisik Mr. Kim.
“Katanya tadi ia masih malu untuk berhadapan lagi dengan Geunsuk. Tunggulah sebentar lagi.”
Satu-persatu makanan di antarkan oleh pelayan. Wajah keluarga Jang terlihat mulai masam karena sudah dibuat menunggu terlalu lama oleh calon menantu mereka.
“Aku baru kali ini melihat Younghyun se-nervous ini saat bertemu dengan pria. Mungkin dia sangat menyukaimu, Geunsuk-ssi.” ujar Mrs. Cho mencairkan suasana yang canggung.
“Bukankah itu Younghyun?” tunjuk Mrs. Jang. Semua mata di meja itu mengarah pada sosok Younghyun yang berjalan ke arah mereka sambil menggandeng seorang pria. Mr. dan Mrs. Kim membelalak kaget.
“Hyun... Hyunnie.” ucap Mrs. Kim terbata.
“Mianhamnida. Membuat semuanya menunggu lama. Calon suami-ku ini baru saja pulang bertugas, jadi ia sedikit terlambat. Sekarang kita bisa makan malam.” ujar Younghyun dengan mimik santai dan menarik pria yang digandengnya untuk duduk.
“Apa-apaan ini?” tandas Mr. Jang. “Calon suami? Apa kalian sedang mempermainkan keluargaku, Kim Heenim?” tanya Mr. Jang tajam. Kim Heenim, Ayah Younghyun tidak tau harus menjawab apa pada temannya itu.
“Aku pikir acara kita selesai sampai disini.” Mr. Jang bangkit dari kursi sambil menarik istrinya. “Geunsuk, kkaja!”
Geunsuk yang sedari tadi hanya bersikap tenang melemparkan senyuman sinis pada Younghyun. Ia mendekat ke arah belakang kursi Younghyun, kemudian membungkuk seperti ingin membisikkan sesuatu ke telinga wanita itu.
“Aku pikir aku yang akan memulai pemberontakan. Ternyata kau lebih pintar, aku tidak harus mempermalukan orang tuaku di depan kedua orang tuamu. Gomawo, Younghyun-ssi. Oh y, wanita angkuh sepertimu bukan tipe-ku.” bisik Geunsuk. Dan keluarga Jang pun meninggalkan tempat itu.
“Kim Younghyun-ssi, jelaskan semuanya pada appa dan umma di rumah.”
-------------------00------------------
Dikediaman Kim...
“Hyunnie, jelaskan pada kami.”
“Semuanya sudah jelas. Aku datang membawa calon suamiku, lalu apalagi masalahnya? Bukankah ini yang umma-appa inginkan?” respon Younghyun santai, ia menyandarkan tubuhnya di sofa kulit berwarna putih gading itu.
“Kyunnie, jelaskan pada ahjussi.”
“Ahjussi, mianhamnida. Aku baru datang menjelaskan statusku dan Younghyun sekarang. Sebenarnya kami sudah berpacaran sejak 4 tahun yang lalu.”
“Empat tahun?” tanya Mrs. Kim tidak percaya.
“Ne~ 4 tahun. Sebenarnya sejak awal aku sudah ada keinginan menikahi Younghyun, tapi mengingat Younghyun masih terikat kontrak dengan pihak manajemennya, kami memilih untuk mengurungkan niat itu. Aku memutuskan melanjutkan sekolah dokterku selama 2 tahun ini, sementara Younghyun masih menyelesaikan kontrak kerjanya.” terang Kyuhyun tenang.
“Hyunnie, kenapa kau tidak bilang? Tau begini umma tidak perlu menjodohkanmu.”
“Sekali lagi, mianhamnida ahjumma. Younghyun sengaja tidak memberitahu, karena takut para orang tua segera mengatur pernikahan. Younghyun masih memikirkan aku yang sedang menyelesaikan sekolah dokterku di luar negeri. Benarkan, chagi-ah?” ujar Kyuhyun lalu mengamit tangan Younghyun dan menggenggam jemarinya erat. Younghyun tertegun melihat akting Kyuhyun yang nyaris sempurna.
“Chagi-ah.” panggil Kyuhyun membuat Younghyun tersadar.
“Ah, ne- ne- “
“Kami bisa mengerti kalau kau masih melanjutkan kuliahmu.”
Mr. dan Mrs. Kim bersungut-sungut senang mendengar penjelasan Kyuhyun
“Lalu kapan kalian akan menikah?” lanjut Mr. Kim.
“Setelah kontrak kerja ku selesai, appa!” potong Younghyun.
“Kerja apalagi? Kau berhenti saja menjadi artis.”
“Mwo? Appa-ah, aku harus membayar ganti rugi kalau memutuskan kontrak secara sepihak.”
“Aku akan membayarnya. Menjual salah satu cabang perusahaan kita cukup untuk membayar ganti rugi pada manajemenmu. Aku tidak sabar ingin menimang cucu.”
“Tapi, appa...”
“Kyunnie, besok ahjussi dan ahjumma akan membicarakan hal ini dengan orang tuamu. Pernikahan kalian dilaksanakan dalam bulan ini.”
“Mwo? Appa...”
“Sudah. Jangan banyak protes lagi.”
“Gezz-!” Younghyun akhirnya mengalah.
“Kalau begitu aku harus pamit pulang, ahjussi.” pamit Kyuhyun sopan.
“Aku ikut. Maksudku, antarkan aku ke apartemenku.”
“Hyunnie, kenapa tidak tidur di rumah saja?”
“Umma, aku ada yang harus dibicarakan dengan Kyu.”
“Di apartemenmu? Kalian berdua saja?”
“Aniya- aniya-! Kami akan bicara di cafe, setelah itu Kyu akan mengantarku.” terang Younghyun.
“Baiklah. Ahjussi percaya padamu, Kyunnie. Jhalgha.”
-------------------00------------------
Mobil Kyuhyun terparkir di sisi jalan di tepi Hangang. Di dalamnya ia dan Younghyun sedang menikmati kopi hangat yang dibelinya dari mesin minuman.
“Kau lebih cocok menjadi aktor, Kyuhyun-ssi.”
“Aku memang pernah terpikir mengikuti sekolah artis sepertimu, Hyun-ah. Aku cukup percaya diri dengan kemampuan akting-ku, tapi aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan sorotan kamera dan jutaan fans yang mengejar-ngejarku.” Younghyun tersenyum mendengar ucapan Kyuhyun yang penuh percaya diri. Sahabatnya itu selalu berhasil membuatnya geli ingin tertawa.
“Hubungan 4 tahun dan kebohongan lainnya, sejak kapan kau menyiapkannya?”
“Entahlah. Terpikir begitu saja.”
“Gomawo atas bantuanmu hari ini.”
“Tapi, Hyun-ah. Apa kau yakin dengan kehidupan yang akan kita jalani setelah bulan ini?”
“Ide awalnya darimu, kenapa kau harus ragu sekarang?”
“Melihat kepercayaan ahjussi membuatku merasa berdosa sekali.”
“Kau masih terpikir dosa setelah mengusulkan ide konyol ini?”
“Kau yang menyetujuinya dengan menelponku memintaku datang sebagai calon suamimu.”
“Aku tidak punya jalan lain.”
“Aku juga. Apa kau pikir aku punya jalan untuk menolak permintaanmu di telpon tadi?”
“Seharusnya kau cari alasan untuk menolak.”
“Lihat siapa yang menyesal sekarang.”
Younghyun tergelak mendengar komentar terakhir Kyuhyun.
“Baiklah, bagaimanapun aku berterima kasih padamu karena menyelamatkanku dari pria bernama Geunsuk tadi.”
“Kau bisa kabur, kan?”
“Tidak. Ini terakhir kalinya aku membuat appa-umma malu dihadapan calon mertuaku.”
“Ternyata kau masih punya perasaan.”
“Kyu, lalu kapan kita akan bercerai?”
“Bahkan kita belum menikah, Hyun-ah.”
“Aku serius. Aku tidak mau merepotkanmu lebih banyak lagi. Apa kau mau mengahabiskan waktumu hanya dengan pernikahan main-main ini? Suatu saat tentu kau bertemu dengan wanita yang kau cintai.”
“Aku pria. Aku punya banyak waktu, aku menikah pada usia 30 pun itu tidak masalah. Justru kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, Hyun-ah. Temukan laki-laki yang benar-benar kau cintai, setelah itu kita bercerai.”
“Bagaimana kalau aku tidak menemuinya?”
“Berarti kita belum harus bercerai.” jawab Kyuhyun enteng. Membuat Younghyun berdecak tidak percaya.
“Aku tidak tau harus mengatakan kau itu terlalu baik atau terlalu bodoh, Kyuhyun-ssi.”
Kyuhyun tersenyum setelah menyeruput habis kopinya tanpa melihat Younghyun.
“Sebut saja aku terlalu baik. Dan kau beruntung punya sahabat sepertiku.”
----------------------------------------
Hari itu, 6 Juni 2010, pernikahan Kyu-Young berlangsung meriah. Dilaksanakan di salah satu hotel berbintang di Seoul. Ruangan tempat diadakan pesta itu di penuhi tamu, rekan kerja, kerabat dan juga beberapa orang wartawan dengan izin resmi untuk meliput pernikahan itu, mengingat status Younghyun sebagai salah satu artis terkenal di Korea. Senyum bahagia tidak lepas dari kedua orang tua pasangan itu. Kyu-Young juga tampak bahagia menyapa tamu-tamu mereka. Pesta berakhir pukul 9 p.m, ruangan megah itu mulai kosong. Kyu-Young pun bersiap kembali ke rumah pengantin mereka, apartemen milik Kyu yang terletak tidak jauh dari hotel itu. SUV putih milik Kyu terparkir di base parkiran apartemen itu. Younghyun yang duduk di kursi di sebelah Kyu terlihat sudah tertidur.
“Ireona, Hyun-ah.” ucap Kyu sambil menepuk pelan pipi Younghyun. Younghyun membuka matanya dengan malas.
“Aku lelah sekali, Kyuhyun-ssi. Apa tidak bisa tidur disini saja?” ucap Younghyun dengan suara parau.
“Kau bisa mati kedinginan. Sudahlah, aku akan menggendongmu.” Kyu pun turun dari mobil lalu membuka pintu mobil di sisi kanan. Younghyun terlihat masih tersandar setengah sadar di kursi mobil.
“Buka sepatumu dulu.” ujar Kyu seraya menarik keluar kedua kaki Younghyun.“Geurom, naiklah.”
------------------------------------------
Younghyun terbangun dari tidurnya yang lelap, ia sangat lelah setelah seharian kemarin merayakan pesta pernikahannya. Hawa pagi yang dingin membuat ia malas untuk segera bangun, tapi gaun pernikahan yang masih ia kenakan membuat ia tidak nyaman untuk melanjutkan tidur lagi. Akhirnya Younghyun bangkit dari ranjang. Sebuah handuk dan baskom kecil ia temukan di atas meja kecil disamping ranjangnya, terlihat noda bekas lipstik dan make up di handuk itu. Kyuhyun pasti menyeka wajahnya untuk membersihkan make-up yang menempel dengan handuk itu, batinnya.
“Kyuhyun-ssi, kenapa kau selalu membuatku terharu?” gumam Younghyun.
Younghyun yang masih mengenakan gaunnya, berjalan keluar kamar. Mendekati arah dapur yang terdengar suara-suara berisik. Ternyata Kyu yang berkutat di dapur, lengkap dengan celemek dan pisau di tangannya, Kyu terlihat seperti koki handal. Younghyun berdecak kagum melihat Kyu, yang seperti sudah terbiasa, sekarang sedang mengaduk-ngaduk masakan di pancinya.
“Ya-! Apa cuma melihat saja?” ujar Kyu menyadarkan kekaguman Younghyun.
“Apa aku harus ikut membantu? Sepertinya kau lebih ahli.”
“Selanjutnya kau yang akan melakukan ini?”
“Aku? Maksudmu pagi-pagi berikutnya aku yang harus memasak? Ayolah, Kyu, kau sudah tau kan?”
“Selama 9 tahun ini apa masih belum ada peningkatan? Masih belum bisa memasak?”
Younghyun mengedikkan bahunya menanggapi kata-kata Kyu.
“Kalau begitu ini waktunya belajar. Ini pelajaran pertama, memasak untuk suami. Apa kau tau, masakan istri terasa lebih nikmat di lidah suami dibanding makanan yang dibelinya di luar.”
Younghyun terlihat masih berpikir.
“Percayalah. Aku pria, posisiku sebagai suami, aku tentu lebih mengerti.”
“Geurom.”
“Ya-! Apa kau masih mau melanjutkan pesta pernikahan dengan gaun itu? Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu.”
“Kenapa kau selalu dan terlalu baik?”
“Jangan terharu dulu. Besok kau yang akan melakukan ini. Ini pelajaran ke-dua. Se...”
“Gezz-! Nanti saja pelajaranmu itu. Aku mau mandi.” potong Younghyun sebelum Kyu sempat menyelesaikan kalimatnya.
--------------------------------------
Pagi akhir pekan ini Younghyun kembali berkacak pinggang melihat Kyuhyun yang sudah sibuk dengan game-nya. Bukan pemandangan aneh lagi bagi Younghyun melihat suaminya itu menatap monitor di depannya dengan penuh konsentrasi. Tapi yang dia tidak habis pikir, kenapa pria itu selalu betah menghabiskan waktunya seharian hanya dengan duduk dan menyusun strategi bodoh itu? Bukankah akhir pekan ini bisa digunakan untuk berjalan-jalan. Younghyun butuh refreshing di tengah jadwalnya yang padat. Tepatnya ia butuh teman untuk diajak bersenang-senang. Hyorin yang biasa bersamanya, di akhir pekan ini, biasanya lebih memilih menghabiskan waktu bersama Hyukjae, kekasihnya. Sementara suaminya, Kyuhyun, tidak ada yang bisa diharapkan dari maniak game itu. Sempurna kejenuhan Younghyun di pagi minggu yang cerah ini.
-------------------00------------------
Kyuhyun langsung bangkit dari sofa-nya saat mendengar pintu dibuka.
"Dari mana saja?" Kyuhyun menyandarkan tubuhnya di dinding seraya melipat tangan di depan dadanya.
"Syuting."
"Hyorin bilang jadwalmu kosong hari ini."
Tanpa menjawab, Younghyun berjalan menuju kamarnya dengan langkah sedikit sempoyongan. Kyuhyun mencium bau alkohol dari tubuh Younghyun.
"Kau minum?"
"Hmm."
"Kenapa kau tidak mengaktifkan ponselmu?"
"Aku meninggalkannya di rumah."
"Kau mengemudi saat mabuk. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Apa yang harus aku jelaskan pada ayah dan ibu-mu?"
"Aku tidak mabuk. Dan aku pulang dengan selamat. Jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."
Younghyun meraih handle pintu kamarnya dan bersiap mendorong benda berwarna coklat di depannya itu.
"Kita harus bicara." Kyuhyun menarik lengan Younghyun dan dengan keras Younghyun menepisnya.
"Apa lagi, Kyuhyun-ssi?! Aku mau istirahat." ujar Younghyun dengan suara tinggi.
"Ya-!" bentak Kyuhyun, suaranya memenuhi ruangan itu
"Aku benci kau membentakku seperti itu!"
Mereka berhadapan dan mulai berbicara saling berteriak.
"Aku tidak suka kau pulang malam, apa lagi dalam keadaan mabuk! Wanita bersuami menghabiskan waktu di club malam dan pulang dalam keadaan mabuk. Orang-orang akan berpikiran negatif terhadapmu! Apa kau tidak memikirkan itu?"
"Aku hanya ingin bersenang-senang. Kau punya game dan pertandingan bola sebagai hiburanmu, sementara aku punya club malam sebagai tempat bermain. Ini sudah cukup adil, kan?" tanpa menghiraukan Kyuhyun lagi, Younghyun langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat.
-------------------00------------------
"Yeoboseyo..." Kyuhyun yang masih belum tertidur di pagi buta itu menjawab panggilan di ponselnya.
"Apa kau belum tidur?" tanya orang di ujung telpon.
"Aku terbangun karena telponmu."
"Benarkah? Tapi suaramu tidak seperti orang baru bangun tidur."
"Ini terlalu pagi untuk berdebat, Hyun-ah."
"Mianhada."
"Untuk apa?"
"Pertengkaran kita tadi. Tidak seharusnya aku berteriak seperti tadi kepadamu."
"Aku mengerti orang mabuk memang sedikit labil."
"Huh. Aku hanya minum 2 gelas."
"Bahkan kau mulai kehilangan kesadaran setelah gelas pertama."
"Haha- sepertinya kau tau banyak hal tentang aku."
"Itu wajar setelah 9 tahun mengenalmu."
"Tapi aku baru tau semua kebiasaan anehmu sejak kita tinggal serumah selama 1 bulan ini."
"Apa aku boleh menyesal menganggapmu sahabat sekarang?"
Mereka terbahak bersamaan. Tidak ada lagi hawa permusuhan.
"Na do... mianhada?"
"Wae?"
"Aku membentakmu."
"Aku yang memulai. Gwaenchana."
"Seharusnya kau bilang padaku kalau ingin ditemani keluar atau jalan-jalan."
"Aku pesimis setelah melihat antusiasmu terhadap game itu."
"Aku akan memilih istriku dibanding game itu, kalau ia memintaku."
"Seharusnya kau berinisiatif."
"Aku pikir kau butuh istirahat di rumah setelah semua kegiatanmu yang padat itu."
"Anda pintar berdalih, Cho euisanim."
"Percayalah. Oh y, bagaimana kalau minggu depan?"
"Geurom."
"Sudah jam 3 pagi. Apa kau tidak tidur?"
"Tidak bisa."
"Karena memikirkan keributan tadi?"
"Sedikit. Oh y, apa ini rasanya saat suami-istri bertengkar?"
"Haha- begitulah, bagaimana menurutmu?"
"Aku tidak bisa membayangkan akan bertengkar seperti ini dengan pria yang benar-benar akan menjadi suami-ku nanti."
"Sudahlah. Ayo, tidur. Kau butuh istirahat."
"Aku butuh sesuatu yang bisa membuatku tertidur."
"Apa aku harus ke kamarmu, lalu tidur disampingmu dan mengelus kepalamu? Biasanya itu selalu berhasil membuatmu tertidur."
"Sirhuh. Itu membuatku bergidik. Aku takut nanti kau kerasukan setan dan berbuat aneh."
"Benar juga. Haha-"
"Paboya~!"
"Aku akan menghitung domba. Dengarkan baik-baik dan pejamkan matamu."
Younghyun tersenyum simpul sebelum menutup matanya.
"Chamkaman, sebelum memulai apa aku boleh meminta sesuatu?"
"Katakanlah."
"Kau yang memilih memulai permainan ini Hyun-ah, seharusnya kau mengikuti aturan mainnya. Jadi, walaupun semua ini cuma pura-pura, aku tetap ingin kau menghargaiku sebagai suamimu. Jika kau masih juga merasa sebagai wanita lajang dan bebas, bagaimana tujuan kita bisa tercapai? Wanita bersuami itu hidupnya terbatas, dibatasi oleh aturan suaminya. Bukankah kau ingin merasakan bagaimana menjadi seorang istri?"
"Ada lagi?"
"Aku harap kau mengerti."
"Algetseumnida, yeobo-ah. Bisa kau membuatku tertidur sekarang?"
---------------------------------------TBC...


Mohon kritik dan masukannya y ^^ Moga readers suka, walau alur ceritanya cepat, datar-datar aja n dialognya lebih banyak daripada deskripsinya. Temanya rada dewasa dikit :D keke~ 'pernikahan' . Gara-gara author sering nonton film2 com-rom soal nikah2an, jd terbawa dewasa sebelum umur :D keke~ Terinspirasi dari film 'U Did What' tentang cwo yg mengidap Gamaphobia [phobia pernikahan], rencananya mau bikin Kyu yg ngdap Gamaphobia, tapi setelah author bertapa malah kepikiran konsep cerita yg laen. *Kyu: "udah ah-! Banyak bacot lu. Ga ada yg nanya juga." :P
--------------------------------------

Catatan:
-Eobso : Tidak ada
-Gwaenchana : Tidak apa-apa
-Sirhuh : Tidak mau
-Jinjharo : Benar-benar
-Chagi-ah : [panggilan] Sayang
-Mianhada : Maaf
-Mwo? : Apa?
-Wae? : Kenapa?
-Geurom : Baiklah
-Eusanim : [sebutan] Dokter
-Ireona : Bangun
-Algetseumnida : Aku mengerti
-Chamkaman : Tunggu
-Yeoboseyo : [sapaan di telpon] Halo

FF 1 (Love Like That part.1 )

 gumawo for saeng tila yangn udah ngijinin share disini..
^^
let's cekidot..

LOVE LIKE THAT (PART 1)
Key (Key Shinee)
Taemin (Taemin Shinee)
Park Minmi (Tila Shimizu Exiloutezz)
Park Ririn (Rizki Umin Exiloutezz)
So Eun(Fitri Aditia Exiloutezz)

Hai hai semua....
ini adalah ff pertamaku, mungkin di ff pertama ini masih banyak keslahan disna sini jadi mohon dimkalumi haha, aku membuat ff ini terinspirasi dari chinguku yang suka buat cerita tapi sering gak kelar dan kakak yang suka buat note, so..

Enjoy this story...,gomawo sudah meluangkan waktunya untuk membaca note ini^^ *author nunduk

(nuna,rist kita bertiga eksis di part 1 ni,haha..si puji n gita ngiri gak dapt peran,ahay... TOS!!)

....................................

Minmi berlari sekuat tenaga,dia tidak ingin mengacaukan hari pertama di sekolah barunya.
“oh! Bagaimana ini sudah jam 8 aku pasti terlambat..!!”
Minmi panik melihat jam tangannya, gerbang sekolah itu sudah tampak, tapi sayangnya seorang bapak yang sepertinya satpam sekolah itu baru saja menutup gerbang.
“tunggu ahjushi! Jangan ditutup dulu”
teriak Minmi dari kejauhan sampai akhirnya dia didepan gerbang,
“ahjushi, bolehkah aku masuk” tanya Minmi ngos-ngosan.
Si bapak hanya menggelengkan kepala dan mengibaskan tangannya mengisyaratkan kepada Minmi pulang sajalah.
“ayolah...”kata Minmi terhenti sebentar melihat papan nama ahjushi itu lalu melanjutkannya lagi “.. Jin Yi Han ahjushi,aku tidak mau mengacaukan hari pertamaku disekolah baruku ini”Minmi merengek membujuk ahjushi.
Ahjushi tampak terkejut mendengar perkataan Minmi barusan, dia mengalihkan pandangannya yang tadi melihat jalan diluar sana ke wajah Minmi.
”jadi kau anak pindahan itu??”tanya ahjushi tidak percaya.
“nde ahjushi!” Minmi menjawab dengan lantang
“Park Minmi??”
“Nde nde!!”
“dari Indonesia??”
“BINGGO!!!! Ahjushi!”Minmi menjawab pertanyaan ahjushi dengan semangad, lalu ekspresi mukanya berubah menjadi bingung
“hajiman..mengapa ahjushi tau itu semua??
“tentu saja aku tau, kau sudah ditunggu oleh Han Sen Wan sansenim diruang guru,ayo ahjushi antarkan kau kesana”ahjushi membukakan gerbang untuk Minmi
“mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi..”ahjushi menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuruh Minmi untuk mengikutinya, belum sampai di gedung sekolah ahjushi tiba-tiba menghentikan langkahnya.

“wae ahjushi?? Tanya Minmi.
“kalau aku mengantarkanmu kedalam,siapa yang akan menjaga gerbang itu??”tanya ahjushi menunjuk gerbang di belakang mereka.
“ Aa~ kinchana, ahjushi jaga gerbangnya saja, biar aku cari sansenim, kamsamitha Yihan ahjushi”Minmi membungkukan badannya.

Minmi tergopoh-gopoh masuk kedalam gedung sekolah, dia lihat kesekeliling gedung ini sangat besar dia bingung mau mencari ruang guru kemana, dia melihat seorang lelaki sedang melihat papan mading sekolah itu, tanpa berpikir panjang lagi Minmi mendatangi orang itu segera.
Minmi membungkukkan badannya
“annyeonghaseyo,saya Park Minmi murid baru disekolah ini, bisakah kau menunjukkan dimana ruang guru??” tanya Minmi.
Cowok tadi mengalihkan pandangannya ke Minmi,
“kau naiki tangga itu lalu belok kiri disanalah tempatnya,ara??”tanya cowok itu,
“Aa~ araseo,kamsamitha”Minmi membungkukan badannya lagi, melihat jam tangannya dia kembali panic dan langsung berlari menaiki tangga, cowok itu tertawa kecil melihat tingkah Minmi.>>>>>


Saat jam makan siang Minmi memilih taman belakang sekolah, dia sudah tidak sabar menyantap ayam balado buatan bundanya. Suapan pertama Minmi terhenti saat melihat seorang cowok berdiri didepanya dengan ekspresi muka tidak menyenangkan.
“yaa!!, nuguseyo?, kau tidak boleh makan disini ,disini tempat biasanya kami makn siang” Key membentak Minmi.
“key,kenapa kau teriak-teriak??” kata Ririn sambil membawa bekal makanannya dan dibelakangnya ada So Eun dan Taemin yang mengikutinya.
“aku tidak terima! Mengapa cewek ini ada disini?”kata Key masih tidak melepaskan pandangannya dari Minmi.
“aku hanya mencari tempat yang nyaman, sepertinya disini pas tempatnya,ya sudah” Minmi menjawabnya dengan santai dan tampang yang tidak bersalah. Key semakin kesal melihat Minmi tidak menunjukkan rasa bersalahnya.
“tunggu dulu” Taemin menatap wajah Minmi dengan ekspresi sedang mengingat-ingat sesuatu, “hei...”kata So Eun dengan wajah berbinar-binar.
”kau anak baru di kelas kami itu kan?? Hah anyeonghaseyo, namaku Park Ririn, mianhe tadi dikelas kita tidak sempat berkenalan” ,kata Ririn mengenalkan dirinya.
“hai,aku So Eun”, So Eun tak kalah senang memperkenalkan dirinya.
Tiba-tiba Taemin beraksi menunjukkan machine dancenya “I’m genius dance,Taemin..” Taemin mengerlingkan matanya sebelah, Ririn dan So Eun pura-pura pingsan karena tidak tahan dengan kemilau Taemin, Taemin menggeleng-gelengkan kepalanya bak seorang superstar.
“ups sampai lupa, dan ini adalah teman kami yang sangat perfectionist namanya Kimbum tapi lebih asik panggil dia..”kata Taemin, “key!!”Taemin,So Eun dan Ririn menjawab serentak.
“jadi dia ini teman sekelas kalian??”tanya key.

Key beda kelas dengan mereka berempat tapi Key sudah berteman dengan Taemin,So Eun dan Ririn sejak mereka masih SMP jadi mereka masih tetap akrab sampai sekarang.

“nde, baiklah kita makan saja lagi,perutku sudah lapar sekali, kau bawa bekal apa Minmi” Ririn tertarik dengan bekal Minmi.
“oh,ini namanya ayam balado,kau mau coba??”tanya Minmi.
“sepertinya enak” Kini So Eun duduk disebelah Minmi.
“aku mau coba” Ririn membuka mulutnya.
“aku aku juga mau Minmi” Taemin juga gak mau kalah.
Key yang merasa dirugikan dalam pemandangan ini tidak bisa tinggal diam, dia mendekati gerombolan yang sedang makan ayam balado itu.
“yaa!!” teriakan Key membuat orang-orang itu menghentikan aktivitasnya, semua mata tertuju kepada key.
“kalian mana boleh begini masak Minmi makan bersama kita?? Inikan tempat faforitnya kita” Key melanjutkan protesnya.
“sudahlah Key, kau makan saja lagi bekalmu, emang apa salahnya sih??” tanya So Eun.
“Nde Key, lagian bekal Minmi sangat enak, kau mau coba??” tanya Taaemin smabil menyodorkan sepotong ayam kepada Key.
“Sirheo!!, kau makan saja sendiri,aku juga bawak bekal sendiri” Key duduk di kursi panjang yang satu lagi dan melahap bekalnya dengan ganas.
“ya sudh” Taemin kembali sibuk dengan Ayam baladonya Minmi, dia tidak mempedulikan key begitu juga dengan rekannya Ririn dan So Eun.
Minmi tertawa melihat keempat teman barunya ini,semoga ini adalah awal yang baik disekolah barunya ini.>>>>>


Kamsamitha....^^
Keep RCL ya (Read, Comment,Like),
anda bebas mengomentari apa saja disini,yang jelek-jelek pun gak papa,karena aku orangnya tahn banting,haha..*asal jangan dibanting beneran