cicy mkasi ya udah ijin lagi...
hehe...


Author : Chikyu 'Aoi' Younghyun


Genre: Romance
Page: 2
Main Cast: Cho Kyuhyun and Kim Younghyun
Another Cast: Lee Donghae, Lee Hyorin, Lee Hyukjae *Lee semua :D
--------------------------
-------------
Seketika Kyuhyun tersadar dari kekosongan pikirannya saat mendengar pintu ruang kerjanya terbuka. Ia berbalik, tidak lagi menghadap jendela, kemudian duduk di kursinya bersamaan dengan wanita yang memasuki ruangannya ini. Seorang wanita--mengenakan topi pet, kacamata hitam besar, skinny jeans, dan t-shirt lengkap dengan blazer hitam serta rajutan benang wol yang melilit lehernya--dengan gelagat was-was tadi kemudian mengambil posisi duduk di kursi di hadapan Kyuhyun.
"Hey, bukankah anda artis terkenal, Kim Younghyun?" ujar Kyu dengan nada bercanda, sesaat setelah wanita itu membuka kacamata hitamnya. Wanita itu tidak menggubris, ia melanjutkan membuka syal dan topinya.
"Cho eusanim, aku mau kopi." ujar wanita tadi santai. Nada bicaranya seolah ia sudah lama kenal dengan dokter bernama Cho Kyuhyun itu.
"Kesini hanya untuk memesan kopi? Tidak sebanding dengan pengorbananmu untuk menyamar dan perjalanan jauh kemari."
"Cho Kyuhyun-ssi !" tegas Younghyun.
"Ara- chamkamanyo, Kim Younghyun-ssi."


Sekarang mereka duduk di sofa santai, masih di ruangan kerja Kyuhyun.
"Younghyun agassi, apa kau sudah membuat janji untuk konsultasi denganku?" sela Kyuhyun saat wanita bernama Younghyun itu tengah menyesap kopi hangatnya. Setelah meletakkan cangkir kopinya, Younghyun menghela napas panjang lalu membaringkan tubuhnya di sofa.
"Ya-! Cho eusanim, apa kau punya obat untuk umma-ku?"
"Ahjumma? Wae? Beliau sakit apa?"
"Penyakit langka. Aku mau obat supaya umma berhenti menanyakan soal pernikahanku, obat yang dapat menghapus memori otak umma tentang keinginannya melihatku menikah secepatnya."
Kyuhyun mendengus mendengar ocehan sahabatnya itu.
"Gezz-! Masalah itu lagi. Kali ini apalagi alasanmu pada ahjumma?"
"Eobso. Aku kehabisan ide untuk berkilah."
"Lalu?"
"Aku langsung pergi dengan alasan syuting."
"Bagaimana untuk menghadapi interogasi ahjumma besoknya lagi?"
"Itulah kenapa aku kemari."
"Maksudmu obat tadi? Tidak ada. Konyol sekali kau."
"Bukan. Aku butuh pendapatmu, setidaknya ide supaya umma berhenti menerorku dengan pertanyaan itu."
"Menikahlah!"
"Kya-!" Younghyun bangkit dari posisinya tadi.
"24 tahun, memasuki 25 tahun, umur yang sudah matang bagi seorang wanita untuk menikah. Kalau aku jadi ibumu, aku pasti juga akan uring-uringan kalau anak gadisku belum juga mau menikah di usianya yang sudah seharusnya ini." potong Kyuhyun sambil tersenyum kecut. Younghyun benci senyuman itu, seperti mencela.
"Berikan alasanmu kenapa aku harus menikah?"
"Kau sudah punya segalanya, karir, nama baik, wajah cantik..."
"Assa-! Itu dia, aku sudah punya segalanya. Lalu kenapa harus menikah?" potong Younghyun cepat.
"Ya-! Dengarkan aku dulu, itu dia masalahmu. Kau terlalu asik bersenang-senang dengan dunia glamour-mu. Semua orang butuh pasangan hidup, seorang wanita butuh sosok suami untuk melindungi dan menyayanginya."
"Aku punya Tuhan yang melindungiku dan... semua orang menyayangiku, kau termasuk."
Kyuhyun kali ini menarik napas dalam-dalam, menghimpun kesabaran untuk melanjutkan diskusi 'panas' dengan sahabatnya yang keras kepala ini. Dua sahabat ini selalu berdebat setiap kali mereka bertemu. Tapi itulah cara mereka berbagi dan bertukar pikiran.
"Kau terlalu angkuh. Egois."
"Baiklah, aku angkuh. Lalu?" ujar Younghyun santai.
"Aku lupa menambahkan: kekanak-kanakan, kadang-kadang. Jadi begini, aku yakin semua wanita pada posisi dan usia yang sama denganmu pasti akan memilih menikah untuk menyempurnakan kebahagiaan hidupnya. Kecuali kalau mereka phobia pernikahan atau kemungkinan terburuknya...tidak menyukai laki-laki." ujar Kyuhyun hati-hati. Younghyun mengernyitkan dahi, melempar tatapan tajam pada Kyuhyun.
"Ya-! Aku tidak memvonismu seperti itu." lanjut Kyuhyun sambil terbahak.
"Ya-! Aku benci kau tertawa seperti itu, Kyuhyun-ssi."
"Baiklah, dengarkan aku." ujar Kyuhyun sambil menghentikan tawanya, mencoba lebih serius. "Ingat, kau anak satu-satunya keluarga Kim, apa kau akan menghentikan keturunan di generasimu? Pasti tidak, jadi anak adalah alasan kenapa kau harus menikah. Lalu, apa kau tidak ingin memiliki pasangan yang kau gandeng saat kau menghadiri acara dengan teman-teman artismu mungkin, atau seseorang yang akan menemanimu sampai kau sudah renta?"
Bingo! Semua ucapan Kyuhyun benar, di hati kecil Younghyun ada keinginan itu. Hanya saja masih ada yang mengganjal di hatinya, membuat ia mengurung jauh niat untuk segera mewujudkan semua itu.
“Untuk menjadi seseorang yang kau gandeng saat pesta mungkin aku, sahabatmu, bisa melakukannya. Tapi yang lain tidak. Apalagi memberimu anak.” goda Kyuhyun menahan tawa.
"Ya-! Berhenti bercanda! Lalu kenapa kau belum menikah, Kyuhyun-ssi?" nada Younghyun lebih lunak kali ini, tidak angkuh lagi.
"Hmm, karena aku belum menemukan pasangan yang cocok."
"Aku juga."
"Aniya- kau menutup hatimu, Hyun-ah. Donghae, di hatimu masih pada pria itu kan? Atau mungkin kau trauma pada laki-laki karena takut disakiti seperti yang pernah Donghae lakukan padamu?"
Hening. Lidah Younghyun tercekat, tidak ada kekuatan lagi untuk menjawab ucapan Kyuhyun yang sepenuhnya benar.
"Hey, agassi !" panggil Kyuhyun membuyarkan lamunan Younghyun.
"Ne?"
"Kenapa kau diam?"
"Aniya~ Tapi Kyuhyun-ssi, kenapa harus sekarang? Bukankah masih banyak waktu untuk menikah?"
"Omo~ apa usiamu akan terus 24 tahun? Saat kulitmu mulai berkerut, kau pikir masih banyak pria yang menyukaimu? Rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 1:2. Jika kau terus membiarkan hidupmu berlangsung begitu saja dan masih tidak menentukan pilihan, maka kau akan termasuk kedalam kelompok wanita tidak terpilih yang menghabiskan waktu sebagai perawaan tua, hidup sendirian itu menyedihkan. Sudahlah, ada banyak alasan yang bisa kuberikan padamu, berhentilah bertanya." Kyuhyun berhenti sejenak setelah penjelasan panjangnya. Dan Kyuhyun melanjutkan. "Hyun-ah, bagaimana kalau mencoba?"
"Mwo? Coba? Apa?"
-------------------00------------------
Younghyun menghempaskan tubuhnya di ranjang apartemennya. Otaknya masih terpikir ide gila Kyuhyun, soal eksperimen gila. Otak jenius pria itu sepertinya sudah membuatnya kehilangan cara berpikir normal, pikir Younghyun. Walau ide itu seutuhnya dapat meredam teror pertanyaan ibunya, tapi Younghyun tidak pernah berpikir untuk menjadikan pernikahan sebagai percobaan, permainan tepatnya.
'drrrt! drrrt!' nama 'Nae Umma' tertera di layar Soner milik Younghyun.
"Ye, umma?... Sekarang di apartemen... Wae?... Eobso... pukul 7 malam ini? Algetseumnida."
Younghyun melempar kembali ponselnya ke sisi ranjang yang kosong. Masalah baru datang lagi menguras energi otaknya. Telpon dari ibunya barusan membahas soal makan malam. Dan Younghyun sudah tau kalau acara malam ini akan ada unsur perjodohan.
"Bagaimana lagi aku harus menolak? Apa malam ini aku kabur lagi?" gumam Younghyun. "Tapi kasihan juga umma dan appa."
-------------------00-----------------
Younghyun sampai hotel megah di kawasan Yongsan diantar oleh Hyorin, manager-nya.
"Eonni, gomawo." ujar Younghyun pada Hyorin sebelum ia turun dari mobil. Sosok Younghyun yang berbalut benda serba mewah pun memasuki pintu utama hotel milik teman Ibu-nya ini. Ia menyeret langkah menuju tempat yang diberitahukan oleh Ibu-nya tadi sore melalui telpon. Kedatangan Younghyun disambut seorang pelayan pria yang mengantarkannya ke meja tempat makan malam diadakan. Younghyun menarik kursi di sebelah ibunya yang sudah lebih dulu datang bersama ayahnya. Ada 6 orang di meja itu termasuk dirinya. Younghyun tentu tau bersopan-santun, dengan sikap manis ia menyapa 3 orang asing dihadapannya.
“Annyeong ahjumma, ahjussi, dan ...”
“Jang Geunsuk.” potong pria ber-jas abu-abu itu menyebutkan namanya.
“Ah, ne~ annyeong Geunsuk-ssi.”
Cukup tampan tapi bukan tipe Younghyun. Pria ini terlihat sama angkuhnya dengan dirinya, apa yang terjadi kalau mereka sampai menikah? Setiap hari dipenuhi perdebatan? Menakutkan, batin Younghyun.
“Kalau begitu sekarang kita bisa memesan makanan.” usul Mr. Jang dari ujung meja.
“Ne~ semuanya pesan saja. Aku mau ke toilet sebentar.” pamit Younghyun. Mrs. Kim menyenggol lengan putrinya, kekhawatiran mulai menggerogoti hati wanita paruh baya itu.
“Kau akan membuat orang tuamu malu lagi kali ini?” bisik Mrs. Kim tajam.
“Aniya, umma-ah. Aku tidak akan lama.” Younghyun pun meninggalkan meja itu. Selang beberapa menit setelah Younghyun pergi, Mrs. Kim pun berniat menyusul putrinya itu. Tentu saja ia tidak mengatakan alasan kalau sebenarnya ia ingin memastikan kalau putrinya itu tidak kabur.


Dengan langkah tergesa-gesa Mrs. Kim memasuki pintu toilet wanita di lantai dasar hotel itu. Dan pemandangan di depannya sekarang membuat Mrs. Kim dapat menghembus napas lega. Younghyun tampak sedang merapikan lipstik-nya di depan cermin toilet, wanita dengan mini dress maroon itu tidak kabur rupanya. Mrs. Kim pun bergerak mendekat sampai Younghyun dapat melihat siluet tubuh Ibu-nya itu di cermin.
“Waeyo, umma? Apa umma pikir aku akan kabur lagi?”
“Kau selalu begitu. Tentu saja umma was-was kali ini.”
“Aku kapok membuat umma malu di depan teman-teman umma.”
“Sekarang kau baru sadar, anak nakal.”
Younghyun tersenyum geli menyadari kekhawatiran Ibu-nya yang berlebihan.
“Kkaja-! Kita kembali.” ajak Mrs. Cho.
“Aku sebentar lagi. Umma kembali duluan.”
“...” belum sempat Mrs. Kim menarik napas untuk bicara lagi, Younghyun sudah memotong.
“Aku janji tidak akan kabur. Jhinjharo, umma-ah. Percayalah. Aku masih nervous karena pria di meja tadi.” rayu Younghyun, sepertinya kali ini Mrs. Kim termakan rayuan putrinya sendiri. Mrs. Kim tersenyum tipis.
“Aigu~ sepertinya kali ini calon dari umma sesuai dengan seleramu.” ujar Mrs. Kim bangga.
“Begitulah.” respon Younghyun sambil mengangkat kedua alisnya, meyakinkan.
“Jangan lama-lama.” pesan Mrs. Kim sebelum benar-benar meninggalkan toilet itu. Younghyun hanya membalas dengan isyarat kedipan mata.


5 menit. 10 menit. Younghyun belum kembali ke meja, membuat hati Mrs. Kim kembali diselimuti kekhawatiran.
“Yeobo, kemana Hyunnie?” bisik Mr. Kim.
“Katanya tadi ia masih malu untuk berhadapan lagi dengan Geunsuk. Tunggulah sebentar lagi.”
Satu-persatu makanan di antarkan oleh pelayan. Wajah keluarga Jang terlihat mulai masam karena sudah dibuat menunggu terlalu lama oleh calon menantu mereka.
“Aku baru kali ini melihat Younghyun se-nervous ini saat bertemu dengan pria. Mungkin dia sangat menyukaimu, Geunsuk-ssi.” ujar Mrs. Cho mencairkan suasana yang canggung.
“Bukankah itu Younghyun?” tunjuk Mrs. Jang. Semua mata di meja itu mengarah pada sosok Younghyun yang berjalan ke arah mereka sambil menggandeng seorang pria. Mr. dan Mrs. Kim membelalak kaget.
“Hyun... Hyunnie.” ucap Mrs. Kim terbata.
“Mianhamnida. Membuat semuanya menunggu lama. Calon suami-ku ini baru saja pulang bertugas, jadi ia sedikit terlambat. Sekarang kita bisa makan malam.” ujar Younghyun dengan mimik santai dan menarik pria yang digandengnya untuk duduk.
“Apa-apaan ini?” tandas Mr. Jang. “Calon suami? Apa kalian sedang mempermainkan keluargaku, Kim Heenim?” tanya Mr. Jang tajam. Kim Heenim, Ayah Younghyun tidak tau harus menjawab apa pada temannya itu.
“Aku pikir acara kita selesai sampai disini.” Mr. Jang bangkit dari kursi sambil menarik istrinya. “Geunsuk, kkaja!”
Geunsuk yang sedari tadi hanya bersikap tenang melemparkan senyuman sinis pada Younghyun. Ia mendekat ke arah belakang kursi Younghyun, kemudian membungkuk seperti ingin membisikkan sesuatu ke telinga wanita itu.
“Aku pikir aku yang akan memulai pemberontakan. Ternyata kau lebih pintar, aku tidak harus mempermalukan orang tuaku di depan kedua orang tuamu. Gomawo, Younghyun-ssi. Oh y, wanita angkuh sepertimu bukan tipe-ku.” bisik Geunsuk. Dan keluarga Jang pun meninggalkan tempat itu.
“Kim Younghyun-ssi, jelaskan semuanya pada appa dan umma di rumah.”
-------------------00------------------
Dikediaman Kim...
“Hyunnie, jelaskan pada kami.”
“Semuanya sudah jelas. Aku datang membawa calon suamiku, lalu apalagi masalahnya? Bukankah ini yang umma-appa inginkan?” respon Younghyun santai, ia menyandarkan tubuhnya di sofa kulit berwarna putih gading itu.
“Kyunnie, jelaskan pada ahjussi.”
“Ahjussi, mianhamnida. Aku baru datang menjelaskan statusku dan Younghyun sekarang. Sebenarnya kami sudah berpacaran sejak 4 tahun yang lalu.”
“Empat tahun?” tanya Mrs. Kim tidak percaya.
“Ne~ 4 tahun. Sebenarnya sejak awal aku sudah ada keinginan menikahi Younghyun, tapi mengingat Younghyun masih terikat kontrak dengan pihak manajemennya, kami memilih untuk mengurungkan niat itu. Aku memutuskan melanjutkan sekolah dokterku selama 2 tahun ini, sementara Younghyun masih menyelesaikan kontrak kerjanya.” terang Kyuhyun tenang.
“Hyunnie, kenapa kau tidak bilang? Tau begini umma tidak perlu menjodohkanmu.”
“Sekali lagi, mianhamnida ahjumma. Younghyun sengaja tidak memberitahu, karena takut para orang tua segera mengatur pernikahan. Younghyun masih memikirkan aku yang sedang menyelesaikan sekolah dokterku di luar negeri. Benarkan, chagi-ah?” ujar Kyuhyun lalu mengamit tangan Younghyun dan menggenggam jemarinya erat. Younghyun tertegun melihat akting Kyuhyun yang nyaris sempurna.
“Chagi-ah.” panggil Kyuhyun membuat Younghyun tersadar.
“Ah, ne- ne- “
“Kami bisa mengerti kalau kau masih melanjutkan kuliahmu.”
Mr. dan Mrs. Kim bersungut-sungut senang mendengar penjelasan Kyuhyun
“Lalu kapan kalian akan menikah?” lanjut Mr. Kim.
“Setelah kontrak kerja ku selesai, appa!” potong Younghyun.
“Kerja apalagi? Kau berhenti saja menjadi artis.”
“Mwo? Appa-ah, aku harus membayar ganti rugi kalau memutuskan kontrak secara sepihak.”
“Aku akan membayarnya. Menjual salah satu cabang perusahaan kita cukup untuk membayar ganti rugi pada manajemenmu. Aku tidak sabar ingin menimang cucu.”
“Tapi, appa...”
“Kyunnie, besok ahjussi dan ahjumma akan membicarakan hal ini dengan orang tuamu. Pernikahan kalian dilaksanakan dalam bulan ini.”
“Mwo? Appa...”
“Sudah. Jangan banyak protes lagi.”
“Gezz-!” Younghyun akhirnya mengalah.
“Kalau begitu aku harus pamit pulang, ahjussi.” pamit Kyuhyun sopan.
“Aku ikut. Maksudku, antarkan aku ke apartemenku.”
“Hyunnie, kenapa tidak tidur di rumah saja?”
“Umma, aku ada yang harus dibicarakan dengan Kyu.”
“Di apartemenmu? Kalian berdua saja?”
“Aniya- aniya-! Kami akan bicara di cafe, setelah itu Kyu akan mengantarku.” terang Younghyun.
“Baiklah. Ahjussi percaya padamu, Kyunnie. Jhalgha.”
-------------------00------------------
Mobil Kyuhyun terparkir di sisi jalan di tepi Hangang. Di dalamnya ia dan Younghyun sedang menikmati kopi hangat yang dibelinya dari mesin minuman.
“Kau lebih cocok menjadi aktor, Kyuhyun-ssi.”
“Aku memang pernah terpikir mengikuti sekolah artis sepertimu, Hyun-ah. Aku cukup percaya diri dengan kemampuan akting-ku, tapi aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan sorotan kamera dan jutaan fans yang mengejar-ngejarku.” Younghyun tersenyum mendengar ucapan Kyuhyun yang penuh percaya diri. Sahabatnya itu selalu berhasil membuatnya geli ingin tertawa.
“Hubungan 4 tahun dan kebohongan lainnya, sejak kapan kau menyiapkannya?”
“Entahlah. Terpikir begitu saja.”
“Gomawo atas bantuanmu hari ini.”
“Tapi, Hyun-ah. Apa kau yakin dengan kehidupan yang akan kita jalani setelah bulan ini?”
“Ide awalnya darimu, kenapa kau harus ragu sekarang?”
“Melihat kepercayaan ahjussi membuatku merasa berdosa sekali.”
“Kau masih terpikir dosa setelah mengusulkan ide konyol ini?”
“Kau yang menyetujuinya dengan menelponku memintaku datang sebagai calon suamimu.”
“Aku tidak punya jalan lain.”
“Aku juga. Apa kau pikir aku punya jalan untuk menolak permintaanmu di telpon tadi?”
“Seharusnya kau cari alasan untuk menolak.”
“Lihat siapa yang menyesal sekarang.”
Younghyun tergelak mendengar komentar terakhir Kyuhyun.
“Baiklah, bagaimanapun aku berterima kasih padamu karena menyelamatkanku dari pria bernama Geunsuk tadi.”
“Kau bisa kabur, kan?”
“Tidak. Ini terakhir kalinya aku membuat appa-umma malu dihadapan calon mertuaku.”
“Ternyata kau masih punya perasaan.”
“Kyu, lalu kapan kita akan bercerai?”
“Bahkan kita belum menikah, Hyun-ah.”
“Aku serius. Aku tidak mau merepotkanmu lebih banyak lagi. Apa kau mau mengahabiskan waktumu hanya dengan pernikahan main-main ini? Suatu saat tentu kau bertemu dengan wanita yang kau cintai.”
“Aku pria. Aku punya banyak waktu, aku menikah pada usia 30 pun itu tidak masalah. Justru kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, Hyun-ah. Temukan laki-laki yang benar-benar kau cintai, setelah itu kita bercerai.”
“Bagaimana kalau aku tidak menemuinya?”
“Berarti kita belum harus bercerai.” jawab Kyuhyun enteng. Membuat Younghyun berdecak tidak percaya.
“Aku tidak tau harus mengatakan kau itu terlalu baik atau terlalu bodoh, Kyuhyun-ssi.”
Kyuhyun tersenyum setelah menyeruput habis kopinya tanpa melihat Younghyun.
“Sebut saja aku terlalu baik. Dan kau beruntung punya sahabat sepertiku.”
----------------------------------------
Hari itu, 6 Juni 2010, pernikahan Kyu-Young berlangsung meriah. Dilaksanakan di salah satu hotel berbintang di Seoul. Ruangan tempat diadakan pesta itu di penuhi tamu, rekan kerja, kerabat dan juga beberapa orang wartawan dengan izin resmi untuk meliput pernikahan itu, mengingat status Younghyun sebagai salah satu artis terkenal di Korea. Senyum bahagia tidak lepas dari kedua orang tua pasangan itu. Kyu-Young juga tampak bahagia menyapa tamu-tamu mereka. Pesta berakhir pukul 9 p.m, ruangan megah itu mulai kosong. Kyu-Young pun bersiap kembali ke rumah pengantin mereka, apartemen milik Kyu yang terletak tidak jauh dari hotel itu. SUV putih milik Kyu terparkir di base parkiran apartemen itu. Younghyun yang duduk di kursi di sebelah Kyu terlihat sudah tertidur.
“Ireona, Hyun-ah.” ucap Kyu sambil menepuk pelan pipi Younghyun. Younghyun membuka matanya dengan malas.
“Aku lelah sekali, Kyuhyun-ssi. Apa tidak bisa tidur disini saja?” ucap Younghyun dengan suara parau.
“Kau bisa mati kedinginan. Sudahlah, aku akan menggendongmu.” Kyu pun turun dari mobil lalu membuka pintu mobil di sisi kanan. Younghyun terlihat masih tersandar setengah sadar di kursi mobil.
“Buka sepatumu dulu.” ujar Kyu seraya menarik keluar kedua kaki Younghyun.“Geurom, naiklah.”
------------------------------------------
Younghyun terbangun dari tidurnya yang lelap, ia sangat lelah setelah seharian kemarin merayakan pesta pernikahannya. Hawa pagi yang dingin membuat ia malas untuk segera bangun, tapi gaun pernikahan yang masih ia kenakan membuat ia tidak nyaman untuk melanjutkan tidur lagi. Akhirnya Younghyun bangkit dari ranjang. Sebuah handuk dan baskom kecil ia temukan di atas meja kecil disamping ranjangnya, terlihat noda bekas lipstik dan make up di handuk itu. Kyuhyun pasti menyeka wajahnya untuk membersihkan make-up yang menempel dengan handuk itu, batinnya.
“Kyuhyun-ssi, kenapa kau selalu membuatku terharu?” gumam Younghyun.
Younghyun yang masih mengenakan gaunnya, berjalan keluar kamar. Mendekati arah dapur yang terdengar suara-suara berisik. Ternyata Kyu yang berkutat di dapur, lengkap dengan celemek dan pisau di tangannya, Kyu terlihat seperti koki handal. Younghyun berdecak kagum melihat Kyu, yang seperti sudah terbiasa, sekarang sedang mengaduk-ngaduk masakan di pancinya.
“Ya-! Apa cuma melihat saja?” ujar Kyu menyadarkan kekaguman Younghyun.
“Apa aku harus ikut membantu? Sepertinya kau lebih ahli.”
“Selanjutnya kau yang akan melakukan ini?”
“Aku? Maksudmu pagi-pagi berikutnya aku yang harus memasak? Ayolah, Kyu, kau sudah tau kan?”
“Selama 9 tahun ini apa masih belum ada peningkatan? Masih belum bisa memasak?”
Younghyun mengedikkan bahunya menanggapi kata-kata Kyu.
“Kalau begitu ini waktunya belajar. Ini pelajaran pertama, memasak untuk suami. Apa kau tau, masakan istri terasa lebih nikmat di lidah suami dibanding makanan yang dibelinya di luar.”
Younghyun terlihat masih berpikir.
“Percayalah. Aku pria, posisiku sebagai suami, aku tentu lebih mengerti.”
“Geurom.”
“Ya-! Apa kau masih mau melanjutkan pesta pernikahan dengan gaun itu? Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu.”
“Kenapa kau selalu dan terlalu baik?”
“Jangan terharu dulu. Besok kau yang akan melakukan ini. Ini pelajaran ke-dua. Se...”
“Gezz-! Nanti saja pelajaranmu itu. Aku mau mandi.” potong Younghyun sebelum Kyu sempat menyelesaikan kalimatnya.
--------------------------------------
Pagi akhir pekan ini Younghyun kembali berkacak pinggang melihat Kyuhyun yang sudah sibuk dengan game-nya. Bukan pemandangan aneh lagi bagi Younghyun melihat suaminya itu menatap monitor di depannya dengan penuh konsentrasi. Tapi yang dia tidak habis pikir, kenapa pria itu selalu betah menghabiskan waktunya seharian hanya dengan duduk dan menyusun strategi bodoh itu? Bukankah akhir pekan ini bisa digunakan untuk berjalan-jalan. Younghyun butuh refreshing di tengah jadwalnya yang padat. Tepatnya ia butuh teman untuk diajak bersenang-senang. Hyorin yang biasa bersamanya, di akhir pekan ini, biasanya lebih memilih menghabiskan waktu bersama Hyukjae, kekasihnya. Sementara suaminya, Kyuhyun, tidak ada yang bisa diharapkan dari maniak game itu. Sempurna kejenuhan Younghyun di pagi minggu yang cerah ini.
-------------------00------------------
Kyuhyun langsung bangkit dari sofa-nya saat mendengar pintu dibuka.
"Dari mana saja?" Kyuhyun menyandarkan tubuhnya di dinding seraya melipat tangan di depan dadanya.
"Syuting."
"Hyorin bilang jadwalmu kosong hari ini."
Tanpa menjawab, Younghyun berjalan menuju kamarnya dengan langkah sedikit sempoyongan. Kyuhyun mencium bau alkohol dari tubuh Younghyun.
"Kau minum?"
"Hmm."
"Kenapa kau tidak mengaktifkan ponselmu?"
"Aku meninggalkannya di rumah."
"Kau mengemudi saat mabuk. Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Apa yang harus aku jelaskan pada ayah dan ibu-mu?"
"Aku tidak mabuk. Dan aku pulang dengan selamat. Jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."
Younghyun meraih handle pintu kamarnya dan bersiap mendorong benda berwarna coklat di depannya itu.
"Kita harus bicara." Kyuhyun menarik lengan Younghyun dan dengan keras Younghyun menepisnya.
"Apa lagi, Kyuhyun-ssi?! Aku mau istirahat." ujar Younghyun dengan suara tinggi.
"Ya-!" bentak Kyuhyun, suaranya memenuhi ruangan itu
"Aku benci kau membentakku seperti itu!"
Mereka berhadapan dan mulai berbicara saling berteriak.
"Aku tidak suka kau pulang malam, apa lagi dalam keadaan mabuk! Wanita bersuami menghabiskan waktu di club malam dan pulang dalam keadaan mabuk. Orang-orang akan berpikiran negatif terhadapmu! Apa kau tidak memikirkan itu?"
"Aku hanya ingin bersenang-senang. Kau punya game dan pertandingan bola sebagai hiburanmu, sementara aku punya club malam sebagai tempat bermain. Ini sudah cukup adil, kan?" tanpa menghiraukan Kyuhyun lagi, Younghyun langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat.
-------------------00------------------
"Yeoboseyo..." Kyuhyun yang masih belum tertidur di pagi buta itu menjawab panggilan di ponselnya.
"Apa kau belum tidur?" tanya orang di ujung telpon.
"Aku terbangun karena telponmu."
"Benarkah? Tapi suaramu tidak seperti orang baru bangun tidur."
"Ini terlalu pagi untuk berdebat, Hyun-ah."
"Mianhada."
"Untuk apa?"
"Pertengkaran kita tadi. Tidak seharusnya aku berteriak seperti tadi kepadamu."
"Aku mengerti orang mabuk memang sedikit labil."
"Huh. Aku hanya minum 2 gelas."
"Bahkan kau mulai kehilangan kesadaran setelah gelas pertama."
"Haha- sepertinya kau tau banyak hal tentang aku."
"Itu wajar setelah 9 tahun mengenalmu."
"Tapi aku baru tau semua kebiasaan anehmu sejak kita tinggal serumah selama 1 bulan ini."
"Apa aku boleh menyesal menganggapmu sahabat sekarang?"
Mereka terbahak bersamaan. Tidak ada lagi hawa permusuhan.
"Na do... mianhada?"
"Wae?"
"Aku membentakmu."
"Aku yang memulai. Gwaenchana."
"Seharusnya kau bilang padaku kalau ingin ditemani keluar atau jalan-jalan."
"Aku pesimis setelah melihat antusiasmu terhadap game itu."
"Aku akan memilih istriku dibanding game itu, kalau ia memintaku."
"Seharusnya kau berinisiatif."
"Aku pikir kau butuh istirahat di rumah setelah semua kegiatanmu yang padat itu."
"Anda pintar berdalih, Cho euisanim."
"Percayalah. Oh y, bagaimana kalau minggu depan?"
"Geurom."
"Sudah jam 3 pagi. Apa kau tidak tidur?"
"Tidak bisa."
"Karena memikirkan keributan tadi?"
"Sedikit. Oh y, apa ini rasanya saat suami-istri bertengkar?"
"Haha- begitulah, bagaimana menurutmu?"
"Aku tidak bisa membayangkan akan bertengkar seperti ini dengan pria yang benar-benar akan menjadi suami-ku nanti."
"Sudahlah. Ayo, tidur. Kau butuh istirahat."
"Aku butuh sesuatu yang bisa membuatku tertidur."
"Apa aku harus ke kamarmu, lalu tidur disampingmu dan mengelus kepalamu? Biasanya itu selalu berhasil membuatmu tertidur."
"Sirhuh. Itu membuatku bergidik. Aku takut nanti kau kerasukan setan dan berbuat aneh."
"Benar juga. Haha-"
"Paboya~!"
"Aku akan menghitung domba. Dengarkan baik-baik dan pejamkan matamu."
Younghyun tersenyum simpul sebelum menutup matanya.
"Chamkaman, sebelum memulai apa aku boleh meminta sesuatu?"
"Katakanlah."
"Kau yang memilih memulai permainan ini Hyun-ah, seharusnya kau mengikuti aturan mainnya. Jadi, walaupun semua ini cuma pura-pura, aku tetap ingin kau menghargaiku sebagai suamimu. Jika kau masih juga merasa sebagai wanita lajang dan bebas, bagaimana tujuan kita bisa tercapai? Wanita bersuami itu hidupnya terbatas, dibatasi oleh aturan suaminya. Bukankah kau ingin merasakan bagaimana menjadi seorang istri?"
"Ada lagi?"
"Aku harap kau mengerti."
"Algetseumnida, yeobo-ah. Bisa kau membuatku tertidur sekarang?"
---------------------------------------TBC...


Mohon kritik dan masukannya y ^^ Moga readers suka, walau alur ceritanya cepat, datar-datar aja n dialognya lebih banyak daripada deskripsinya. Temanya rada dewasa dikit :D keke~ 'pernikahan' . Gara-gara author sering nonton film2 com-rom soal nikah2an, jd terbawa dewasa sebelum umur :D keke~ Terinspirasi dari film 'U Did What' tentang cwo yg mengidap Gamaphobia [phobia pernikahan], rencananya mau bikin Kyu yg ngdap Gamaphobia, tapi setelah author bertapa malah kepikiran konsep cerita yg laen. *Kyu: "udah ah-! Banyak bacot lu. Ga ada yg nanya juga." :P
--------------------------------------

Catatan:
-Eobso : Tidak ada
-Gwaenchana : Tidak apa-apa
-Sirhuh : Tidak mau
-Jinjharo : Benar-benar
-Chagi-ah : [panggilan] Sayang
-Mianhada : Maaf
-Mwo? : Apa?
-Wae? : Kenapa?
-Geurom : Baiklah
-Eusanim : [sebutan] Dokter
-Ireona : Bangun
-Algetseumnida : Aku mengerti
-Chamkaman : Tunggu
-Yeoboseyo : [sapaan di telpon] Halo